TUGAS AKHIR SEMESTER BAHASA
INDONESIA
ANALISA CERPEN
Disusun Oleh : Ida Fitriana / 15 / X Unggulan 1
SMA N 1 CAWAS
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SAHABAT
SEJATI
Senja yang dulu
indah kini menjadi temaram dan bulan yang dulu purnama kini perlahan berubah
menjadi sabit. Seperti keadaan hati seorang gadis remaja yang meratapi
kekosongan dan kehampaan hatinya karena ditinggal oleh sahabat yang selama ini
setia menemaninya baik suka maupun duka. Dulu, waktu usiaku beranjak 17 tahun,
aku mempunyai beberapa sahabat salah satunya Icha. Icha tinggal di Ciracas,
JakartaTimur. Dia anak pertama dari 2 bersaudara, dia adalah seorang remaja
yang lugu dan sangat ceria. Kami bersahabat sudah cukup lama, aku kenal Icha
waktu kami sama-sama mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta. Setelah
awal perkenalan itu,pertemanan kami berlanjut karena kami diterima di SMP itu.
Kami selalu bersama-sama bagai amplop dan perangko yang tak dapat terpisahkan,
itulah kami. Kami juga selalu satu kelas.
Setelah lulus SMP aku dan Icha memutuskan untuk satu
sekolah. Hari pertama aku dan Icha menjalani ospek, rasanya takut dan tegang
banget, tapi aku melihat seorang cowok yang sangat perfeck di kantin sekolah,
dia sangat manis apalagi pada saat aku melihatnya sedang tersenyum pada
beberapa orang yang menyapanya, manis sekali senyumnya, disaat aku sedang asyik
memperhatikan cowok itu tanpa ku sadari didepanku ada salah seorang kakak
senior yang sangat galak, upzzz…. Aku menabrak dia, dia marah-marah padaku
meski aku telah minta maaf padanya. Aku mencari-cari kesekeliling kantin tapi
cowok itu udah gak ada. Icha hanya tertawa melihat tingkah lakuku. Huh… ini
semua gara-gara keteledoranku, tapi gak apa-apa suatu hari nanti pasti aku
dapat bertemu dengannya kembali karena aku yakin dia siswa di SMA ini. Aku dan
Icha melanjutkan perjalanan kami ke kelas. Ospek pertama telah dimulai, ada
beberapa kakak senior masuk ke kelas, tanpa ku sadari cowok yang ku lihat di
kantin sekolah tadi pagi ada didepan mataku. Aku senang sekali karena aku
kembali bertemu dengannya walau dia tak ku kenal sama sekali.
Aku mencari tau siapa sebenarnya cowok itu. Dari
beberapa orang yang aku tanya mereka mengatakan dia adalah ketua osis, namanya
Radit. Cuma itu informasi aku dapatkan tentang dia, tapi udah cukup kok.
Singkat
cerita
Aku dan kak Radit menjadi tambah akrab namun hanya
sebatas teman. Yang tak pernah aku duga ternyata kak Radit naksir sama Icha,
aku sedih banget karena dia adalah cinta pertamaku, tapi apa daya aku tak bisa
berbuat apa-apa, dan aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak
Radit menjadi kekasihnya, Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi
kenapa dia tega padaku. Mungkin inilah nasibku, setelah kejadian itu
persahabatan ku dan Icha menjadi renggang, aku jarang menyapanya dan sepertinya
juga dia sekarang jarang ada waktu buat kita berdua sama-sama lagi seperti
dulu. Lagi pula aku tidak sekelas dengannya.
Waktu terus berputar, tanpa terasa tahunpun berganti.
Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung dan gak seperti biasanya yang
sangat ceria. Walau aku belum bisa memaafkan Icha tapi walau bagaimanapun dia
adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi. Setahu ku dari
berita yang beredar kalau Icha mengidap penyakit tumor yang bersarang
diperutnya sejak beberapa tahun ini. Semenjak dokter memfonis penyakit itu,
Icha berubah menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Aku sangat merasakan
perubahan itu, tapi setiap kali aku bertanya padanya, dia tak pernah mau cerita
dan jujur padaku. Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia
merasa hidupnya tak akan lama lagi. Seiring berjalannya waktu perut Icha makin
membesar, aku belum percaya dengan apa yang temen-temen bilang padaku. Aku
mendesak Icha untuk menceritakan apa yang terjadi padanya, akhirnya Icha mau
bercerita. Aku sempat terkejut mendengarnya sekaligus sedih bercampur dengan
rasa kekecewaan, mengapa baru sekarang dia cerita semua itu padaku. Tapi
mungkin karena aku tak sedekat dulu sama dia. Aku juga denger-denger dari yang
lain Icha putus, Icha diputuskan kak Radit karena keadaan Icha dengan perut
yang makin membesar. Aku sedih sekali, tapi dia pernah menghianati persahabatan
yang telah lama kita bangun.
Icha masih tetap sekolah, tapi lama kelamaan dia
merasa kecil hati dan malu. Dengan kondisi tubuh yang semakin menurun, sampai
akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede. Aku dan teman-teman
menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya agar Icha gak
semakin drop dan putus asa. Hanya sampai disitu saja kabar yang aku dengar
tentang Icha, disatu sisi aku masih kecewa padanya tapi disisi lain aku juga
mempersiapkan UN.
****
Pagi
hari yang sangat gelap, karena hujan turun begitu derasnya, aku sedang duduk
melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan ringtone handphoneku yang
berbunyi dan ku lihat dilayar hanphoneku ternyata mamanya Icha memanggil,
fikirku tumben tapi ada apa ya, kok pagi-pagi gini tante telfon aku. “halo
assalamu’alaikum, bisa bicara dengan Cika?”, nada suara mama Icha tampak berat,
sepertinya dia sedang menangis. “ii…aaa tante, ada apa kok pagi-pagi begini
telfon Cika? Trus bagaimana kabar Icha tante?” tanyaku agak ragu, “Icha telah
berpulang Ka” belum sempat aku mengucapkan turut berduka cita pada tante,
tut…tut…tut…tut telfon tiba-tiba terputus. Aku menangis dan menyesali dengan
semua yang terjadi, dihatiku tersirat penyesalan yang amat mendalam, aku
terlalu jahat dan egois pada Icha dan gak pernah meluangkan waktu untuk
menjenguk sahabatku sendiri yang menjalani hari-hari akhirnya sendirian, tanpa
aku. “Maafkan sahabatmu ini Ca......hik..hik..hik…!!!” tangisku.
Aku
datang ke rumah Icha untuk melihat dia yang terakhir kalinya dan mengucapkan
bela sungkawa pada keluarga Icha. Setibaku disana aku melihat Icha terbaring
kaku, dikelilingi orang-orang yang membaca yasin untuknya, tiba-tiba
pandanganku menjadi gelap. “Icha......” panggilku, “sudahlah Ka, relakanlah
kepergian Icha, agar dia tenang di Alam sana” mama Icha ada disampingku, dan
memberikan selembar kertas padaku, “ini dari Icha buat kamu, dia menulis pada
saat kamu jarang menemuinya, tante tinggal dulu kebawah”. “makasih tante dan
Cika minta maaf kalo selama ini Cika gak pernah menjenguk dia, Cika lagi
mempersiapkan untuk UN tante,” aku menangis. “gak apa-apa kok tante ngerti,
kamu ada masalah ya sama Icha?” tanya mama Icha, “eng…enggak kok tante, kami
berdua baik-baik saja.” ”ya udah jangan nangis lagi, tante ke bawah dulu ya”
tante pun meninggalkanku sendiri di kamar Icha karena Perlahan-lahan tadi aku
pingsan, aku melihat foto-foto yang ada dimeja samping tempat tidur, betapa
lembutnya senyum Icha di foto itu. aku buka kertas itu perlahan-lahan, dan aku
pun mulai membaca kata demi kata disurat itu.
Sebelumnya gue minta maaf atas kejadian kemarin”,
bukan maksud gue untuk merebut kak Radit dari loe, tapi gue juga cinta dia dan
gue juga udah putus ma dia, karena dia bukan laki-laki yang baik. O ya, loe tau
kan kalo gue gak bisa buat puisi kayak loe, tapi puisi ini gue buat khusus
untuk sahabat sejati gue, maaf ya kalo buatan gue gak sebagus puisi-puisi loe,
hehehehe..........
Surat Terakhir
Butir-butiran air mata yang jatuh setetes demi setetes
Menemani dan menjadi saksi saat ku tulis suratku yang
terakhir
Jika hanya derita yang harus aku terima
Jika hanya kematian yang harus ku alami
Aku bersedia menjalani tanpa kesedihan
Namun ketika kau berucap bahwa untukku
Sudah tak ada lagi maaf terasa lemah lunglai tubuh ini
Sahabat yang slalu mengisi hari-hariku
Seberapa besarpun salah yang ku pandang
Seberapa rendah budi yang ku jalani…maafkan aku
Derita karena bersalah berlarut-larut tanpa henti
Dan tampaknya Tuhan sudah berkenan menjemputku
Jangan menangis sahabat….walau tak terkatakan
Sungguh aku merasa kau telah memaafkanku
Slamat tinggal sahabat sejatiku
Ikhlaskanlah kepergiankui
Smoga sepeninggalku dari sisimu
Bahagian akan slalu menemanimu
Miss u sobat
ICHA
****
Keesokan
harinya Aku baru sadar ternyata Icha hari ini berulang tahun yang ke-17, aku
bermalam di rumah Icha, dan pagi-pagi aku segera kebawah dan akan mengikuti
pemakaman Icha. Sebenarnya aku tak sanggup melihat makam itu, karena akan mengingatkanku
akan kenangan-kenangan kami berdua dulu, tapi aku coba untuk tegar melangkahkan
kaki menuju makamnya. Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku
sendiri di makam itu, sepi. Aku menangis disamping nisan Icha, walau
tersendat-sendat dan terbata karena saat aku menyanyikan lagu happy birthday
buat Icha, dan memandangi nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang
sunyi, aku masih menangis sendiri di makam itu, sebelum pulang aku meninggalkan
secarik kertas balasan surat Icha, walau mungkin tak akan pernah dibaca
olehnya, tapi itulah kenangan terakhirku buat Icha.
Kenangan indah tentang kita akan
slalu ku ingat setiap detiknya
Jika ku tutup mataku, aku masih dapat melihatmu
Kau memperlihatkan senyum termanismu
Tapi itu hanya lamunan sesaatku
Kini kau telah jauh tinggalkanku
Aku belum sempat meminta maaf padamu dan menyayangimu
Dan tak ingin kau pergi jauh
Tinggalkan kenangan kita bersama
Tapi takdir berkata lain
Terlalu cepat Tuhan memanggilmu
Hanya sebuah puisi ini aku persembahkan untukmu
Kepergianmu, meninggalkan kisah yang sangat pahit bagiku
Aku akan selalu mengenangmu, sahabat terbaikku
Semoga kau tenang disana
Suatu saat kita pasti akan bertemu kembali
Jika ku tutup mataku, aku masih dapat melihatmu
Kau memperlihatkan senyum termanismu
Tapi itu hanya lamunan sesaatku
Kini kau telah jauh tinggalkanku
Aku belum sempat meminta maaf padamu dan menyayangimu
Dan tak ingin kau pergi jauh
Tinggalkan kenangan kita bersama
Tapi takdir berkata lain
Terlalu cepat Tuhan memanggilmu
Hanya sebuah puisi ini aku persembahkan untukmu
Kepergianmu, meninggalkan kisah yang sangat pahit bagiku
Aku akan selalu mengenangmu, sahabat terbaikku
Semoga kau tenang disana
Suatu saat kita pasti akan bertemu kembali
ANALISA CERPEN
“SAHABAT SEJATI”
KARYA : NANA TEDJA
1. Sinopsis
Dulu, waktu
usiaku beranjak 17 tahun, aku mempunyai beberapa sahabat salah satunya Icha.
Aku bersahabat dengan Icha sudah cukup lama. Kami berkenalan sewaktu kami
sam-sama mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta. Persahabatan kami
berlanjut hingga kami menamatkan study kami di SMP. Setelah itu, aku dan Icha
memutuskan untuk melanjutkan SMA di sekolah yang sama.
Pada hari
pertama ospek, aku melihat seorang cowok yang sangat perfeck saat aku dan Icha
sedang di kantin. Semenjak aku melihat cowok itu, rasanya aku mulai jatuh
cinta. Aku mulai mencari tau siapa sebenarnya cowok itu. Dari beberapa orang
yang aku tanya mengatakan bahwa dia adalah Radit, ketua osis di sini.
Seiring
berjalannya waktu, aku dan kak Radit semakin akrab. Tak pernah ku duga bahwa kak
Radit naksir dengan Icha. Dan yang lebih membuatku kecewa adalah Icha menerima
kak Radit sebagai kekasihnya. Padahal dia tahu, kalau aku suka dengan kak
Radit. Semenjak itu juga persahabatan ku dan Icha semakin renggang.
Tak terasa
tahun pun berganti. Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung, tak seperti
biasnya yang selalu nampak ceria. Dari berita yang beredar bahwa Icha mengidap
penyakit tumor di perutnya. Sejak itu, Icha menjadi anak yang pemurung dan
pendiam. Aku mendengar berita bahwa Icha diputus oleh kak Radit karna perutnya
semakin membesar. Aku sedih sekali, namun gimana lagi dia pernah menghianati
persahabatan yang telah lama kita bangun.
Kondisi Icha
semakin menurun, akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede. Aku dan
teman-teman menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya. Hanya
sampai disitu saja kabar yang aku dengar tentang Icha, karna aku juga harus
mempersiapkan untuk Ujian Nasional.
Pada suatu
pagi, aku sedang melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang. Tiba-tiba
mama Icha menelfonku, memberitahukan bahwa Icha telah tiada. Aku menangis dan
menyesal atas semua yang telah terjadi.
Aku segera
datang ke rumah Icha untuk melihat dia yang terakhir kalinya dan mengucapkan
bela sungkawa pada keluarga Icha. Setibanya di sana, mama Icha memberikanku
sebuah surat yang dibuat Icha khusus untukku.
Keesokan
harinya aku baru sadar bahwa Icha hari ini berulang tahun yang ke-17. Aku
mengikuti pemakaman Icha. Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku
sendiri di makam itu. Aku menangis disamping nisan Icha, walau tersendat-sendat
dan terbata saat aku menyanyikan lagu happy birthday buat Icha, dan memandangi
nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang sunyi, aku masih menangis
sendiri di makam itu, sebelum pulang aku meninggalkan secarik kertas balasan
surat Icha, walau mungkin tak akan pernah dibaca olehnya, tapi itulah
kenanganterakhirku buat Icha
2. Sekilas Tentang Penulis
Nana Tedja lahir di Yogyakarta, 28
September 1971. Dia menulis sjak duduk di bangku SMP (1984) untuk majaah
dinding sekolah. Dia serius menulis sejak tahun 2001, saat bekerja sebagai penulis
skenario sinetron tetap di PT. TRIWARSANA Jakarta. Selain itu, ia sebagai
penulis freelance di beberapa rumah
produksi di Jakarta, antara lain yaitu Milenium Visitama, dengan kisah-kisah
misteri (KISMIS) tayangan RCTI, dan Multivision Plus. Tahun 2003, ia memutuskan
untuk kembali ke Jogja. Ia banyak menulis cerita pendek yang dimuat di harian lokal
Kedaulatan Rakyat. Aktif menyutradai
beberapa pentas monolog, membaca puisi, menulis novel, naskah teater, sajak
atau puisi.
Nana sempat mengenyam pendidikan
politik di Filipina, berpendidikn Terakhir di Univertas Atma Jaya Yogyakarta.
Kegiatannya yang lain adalah aktif melukis dan berpameran lukisan baik tunggal
maupun bersama, di dalam maupun di luar negeri, sejak tahun 1996. Terhitung
mulai tahun 2004, ia mengelola dan mendirikan galeri seni nirlaba yaitu “Galeri
Biasa” di Yogyakarta.
3. Unsur-unsur Intrinsik
a. Tema
Tema
adalah suatu poko persoalan yang menjadi dasar isi cerita.
Tema
cerpen tersebut adalah cinta kasih dalam persahabatan.
Ditunjukkan
pada kalimat :
“Walau aku
belum bisa memaafkan Icha tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku
harus tau apa yang sedang terjadi.”
“Aku
menangis dan menyesali dengan semua yang terjadi, dihatiku tersirat penyesalan
yang amat mendalam.”
b. Plot atau
Alur
Alur adalah
rangkaian suatu cerita yang digunakan pengarang dalam rangka menghidupkan suatu
cerita.
Alur dalam
cerpen tersebut adalah alur maju atau progresif.
Ditunjukan
pada jalannya cerita dari awal mulanya Cika bisa berkenalan dan bersabat dengan
Icha. Sampai bagaimana persahabatan mereka renggang karna seorang cowok yang
bernama Radit. Sampai akhirnya ajal yang memisahkan persahabatan mereka yang
harus berakhir karna Icha telah tiada. Dan Cika pun merasa sangat menyesal
dengan apa yang telah terjadi.
c. Tokoh dan
Penokohan
Tokoh adalah
individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Penokohan
adalah penyajian watak / karakter tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam
cerita.
Tokoh dan penokohan
dalam cerpen tersebut antara lain :
v Cika
·
Sulit memaafkan kesalahan
orang lain
Ditunjukkan pada kalimat “Walau aku
belum bisa memaafkan Icha.”
·
Peduli terhadap sesama
Ditunjukkan pada kalimat “Walau aku
belum bisa memaafkan Icha tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku
harus tau apa yang sedang terjadi.”
·
Sabar
Ditunjukkan pada kalimat “Mungkin
inilah nasibku.”
·
Egois
Ditunjukkan pada kalimat “Aku terlalu
jahat dan egois pada Icha dan gak pernah meluangkan waktu untuk menjenguk
sahabatku sendiri yang menjalani hari-hari akhirnya sendirian, tanpa aku.”
·
Tegar
Ditunjukkan pada kalimat “Tapi aku
coba untuk tegar melangkahkan kaki menuju makamnya.”
v Icha
·
Periang / selalu nampak
ceria
Ditunjukkan pada kalimat :
“Dia adalah
seorang remaja yang lugu dan sangat ceria.”
“Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung dan
gak seperti biasanya yang sangat ceria.”
·
Tidak setia kawan
Ditunjukkan pada kalimat “Aku juga
sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya, Icha
kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku.”
·
Tidak jujur
Ditunjukkan pada kalimat “Dia tak
pernah mau cerita dan jujur padaku.”
·
Mudah putus asa
Ditunjukkan pada kalimat “Menurutku
dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan
lama lagi.”
·
Kecil hati
Ditunjukkan pada kalimat “Icha masih
tetap sekolah, tapi lama kelamaan dia merasa kecil hati dan malu.”
v Radit
·
Tidak baik
Ditunjukkan pada kalimat “Karena dia
bukan laki-laki yang baik.”
v Mama
Icha
·
Tegar
Ditunjukkan pada kalimat “Sudahlah Ka,
relakanlah kepergian Icha, agar dia tenang di Alam sana.”
·
Pengertian
Ditunjukkan pada kalimat “Gak apa-apa
kok tante ngerti.”
Penokohan di bagi menjadi 3, yaitu :
Ø Protagonis
Yaitu
peran yang menjadi tokoh utama yang mempunyai karakter baik.
Dalam
cerpen di atas yang mempunyai peran sebagai tokoh protagonis adalah Cika dan
Icha.
Ø Antagonis
Yaitu
peran yang menantang tokoh utama yang mempunyai karakter jahat.
Dalam
cerpen di atas yang mempunyai peran sebagai tokoh antagonis adalah Radit.
Ø Tritagonis
Yaitu
peran penengah dalam cerita atau peran pembantu.
Dalam
cerpen di atas yang mempunyai peran sebagai tokoh tritagonis adalah mama Icha.
d. Setting
/ Latar
Setting
atau latar adalah unsur yang menunjukkan dimana, bagaimana, dan kapan peristiwa
dalam cerita itu berlangsung.
« Latar
tempat
Yaitu tempat peristiwa dalam
cerita itu terjadi.
Latar tempat dalam cerpen
tersebut adalah :
·
Ciracas, JakartaTimur (rumah Icha)
Ditunjukkan pada kalimat “Icha tinggal
di Ciracas, JakartaTimur.”
·
Salah satu SMP favorit di
Jakarta
Ditunjukkan pada kalimat “Aku kenal
Icha waktu kami sama-sama mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta.”
·
Kantin sekolah
Ditunjukkan pada kalimat “Aku melihat
seorang cowok yang sangat perfeck di kantin sekolah.”
·
Ruang kelas
Ditunjukkan pada kalimat “Aku dan Icha
melanjutkan perjalanan kami ke kelas.”
·
Rumah sakit Haji Pondok Gede
Ditunjukkan pada kalimat “Sampai
akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede.”
·
Kamar Icha
Ditunjukkan pada kalimat “Tante pun
meninggalkanku sendiri di kamar Icha karena Perlahan-lahan tadi aku pingsan.”
·
Makam
Ditunjukkan pada kalimat “Setelah
pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku sendiri di makam itu.”
« Latar
waktu
Yaitu kapan peristiwa dalam
cerita itu terjadi.
Latar waktu dalam cerpen
tersebut adalah :
·
Pagi hari yang sangat gelap
Ditunjukkan pada kalimat “Pagi hari
yang sangat gelap, karena hujan turun begitu derasnya, aku sedang duduk melamun
memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang.”
·
Keesokan hari
Ditunjukkan pada kalimat “Keesokan
harinya Aku baru sadar ternyata Icha hari ini berulang tahun yang ke 17.”
·
Pagi-pagi
Ditunjukkan pada kalimat “Pagi-pagi
aku segera kebawah dan akan mengikuti pemakaman Icha.”
«
Latar suasana
Yaitu suasana yang mendukung peristiwa dalam cerita
itu terjadi.
Latar suasana dalam cerpen tersebut adalah :
·
Menegangkan
Ditunjukkan pada kalimat “Hari pertama aku dan Icha menjalani
ospek, rasanya takut dan tegang banget.”
·
Kecewa
Ditunjukkan pada kalimat “Aku juga sempat kecewa pada
Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya.”
·
Cemas / khawatir
Ditunjukkan pada kalimat “Aku sedang duduk melamun
memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang.”
·
Kaget
Ditunjukkan pada kalimat “Tiba-tiba aku dikejutkan
dengan ringtone handphoneku yang berbunyi.”
·
Ragu
Ditunjukkan pada kalimat “Trus bagaimana kabar Icha
tante?” tanyaku agak ragu.”
·
Berduka
Ditunjukkan pada kalimat “Aku datang ke rumah Icha
untuk melihat dia yang terakhir kalinya dan mengucapkan bela sungkawa pada
keluarga Icha.”
·
Sunyi
Ditunjukkan pada kalimat “Memandangi nisan yang ada
dihadapanku saat ini, makam yang sunyi.”
e. Sudut
pandang
Sudut
pandang adalah cara pandang pengarang dalam rangka menyusun suatu cerita yang
menarik bagi pembaca.
Penulis
dalam cerpen tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama,
karena menggunakan kata ganti “aku”.
Ditunjukkan
pada kalimat “Dulu, waktu usiaku beranjak 17 tahun, aku mempunyai beberapa
sahabat salah satunya Icha.”
f. Gaya Bahasa
Yaitu cara
pengarang dalam menyampaikan suatu cerita sehingga menarik bagi pembaca.
Gaya bahasa
yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah :
·
Totem pro parte
Yaitu majas sinekdoke yang melukiskan keseluruhan
tetapi yang dimaksud sebagian.
Ditunjukkan pada kalimat “Dia anak pertama dari 2
bersaudara.”
·
Asosiasi
Yaitu perbandingan dua hal yang hakikatnya berbeda,
tetapi dianggap sama.
Ditunjukkan pada kalimat :
“Kami selalu bersama-sama
bagai amplop dan perangko yang tak dapat terpisahkan, itulah kami.”
“Sudah tak
ada lagi maaf terasa lemah lunglai tubuh ini.”
·
Dipersonifikasi
Yaitu majas yang membandingkan benda hidup seperti
benda mati.
Ditunjukkan pada kalimat “Dia sangat manis apalagi
pada saat aku melihatnya sedang tersenyum pada beberapa orang yang menyapanya.”
·
Personifikasi
Yaitu majas yang melukiskan suatu benda dengan
memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah
mempunyai seperti manusia atau benda hidup.
Ditunjukkan pada kalimat :
“Seiring
berjalannya waktu perut Icha makin membesar.”
“Kau
memperlihatkan senyum termanismu.”
·
Majas alusio
Yaitu majas yang menggunakan peribahasa atau ungkapan
yang terdapat pada kalimat.
Ditunjukkan pada kalimat “Icha masih tetap sekolah,
tapi lama kelamaan dia merasa kecil hati dan malu.”
g. Nilai
kehidupan
Yaitu
sesuatu hal yang diperoleh di dalam karya satra.
Nilai
kehidupan yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah :
·
Nilai moral
Ditunjukkan pada kalimat :
|
“Tapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku
juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya,
Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang
berarti kita harus setia kawan.
|
“Aku belum bisa memaafkan Icha.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang
berarti kita harus bisa memaafkan
kesalahan orang lain.
| “Tapi walau
bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang
berarti kita harus peduli dengan sesama.
|
“Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena
mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang
berarti jangan mudah menyerah.
|
“Tapi aku coba untuk tegar melangkahkan kaki menuju
makamnya.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang
berati kita harus tegar dalam menghadapi
setiap cobaan.
·
Nilai pendidikan
Ditunjukkan pada kalimat “Dia tak
pernah mau cerita dan jujur padaku.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai pendidikan yang
berarti kita harus jujur.
h. Amanat
Yaitu
pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
Amanat
yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah :
·
Kita harus setia kawan
Ditunjukkan
pada kalimat “Tapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku
juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya,
Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku.”
·
Kita harus memaafkan
kesalahan orang lain
Ditunjukkan pada kalimat “Aku belum
bisa memaafkan Icha.”
·
Kita harus peduli dengan sesama
Ditunjukkan pada kalimat “Tapi walau
bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi.”
·
Jangan mudah menyerah
Ditunjukkan pada kalimat “Menurutku
dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan
lama lagi.”
·
Kita harus tegar dalam
menghadapi setiap cobaan
Ditunjukkan pada
kalimat “Tapi aku
coba untuk tegar melangkahkan kaki menuju makamnya.”
·
Kita harus jujur
Ditunjukkan pada kalimat “Dia tak
pernah mau cerita dan jujur padaku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar