Minggu, 15 April 2012

analisa cerpen


TUGAS AKHIR SEMESTER BAHASA INDONESIA
ANALISA CERPEN
50498_56750199778_1546234_n.jpg

Disusun Oleh : Ida Fitriana / 15 / X Unggulan 1

SMA N 1 CAWAS
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SAHABAT SEJATI

Senja yang dulu indah kini menjadi temaram dan bulan yang dulu purnama kini perlahan berubah menjadi sabit. Seperti keadaan hati seorang gadis remaja yang meratapi kekosongan dan kehampaan hatinya karena ditinggal oleh sahabat yang selama ini setia menemaninya baik suka maupun duka. Dulu, waktu usiaku beranjak 17 tahun, aku mempunyai beberapa sahabat salah satunya Icha. Icha tinggal di Ciracas, JakartaTimur. Dia anak pertama dari 2 bersaudara, dia adalah seorang remaja yang lugu dan sangat ceria. Kami bersahabat sudah cukup lama, aku kenal Icha waktu kami sama-sama mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta. Setelah awal perkenalan itu,pertemanan kami berlanjut karena kami diterima di SMP itu. Kami selalu bersama-sama bagai amplop dan perangko yang tak dapat terpisahkan, itulah kami. Kami juga selalu satu kelas.
Setelah lulus SMP aku dan Icha memutuskan untuk satu sekolah. Hari pertama aku dan Icha menjalani ospek, rasanya takut dan tegang banget, tapi aku melihat seorang cowok yang sangat perfeck di kantin sekolah, dia sangat manis apalagi pada saat aku melihatnya sedang tersenyum pada beberapa orang yang menyapanya, manis sekali senyumnya, disaat aku sedang asyik memperhatikan cowok itu tanpa ku sadari didepanku ada salah seorang kakak senior yang sangat galak, upzzz…. Aku menabrak dia, dia marah-marah padaku meski aku telah minta maaf padanya. Aku mencari-cari kesekeliling kantin tapi cowok itu udah gak ada. Icha hanya tertawa melihat tingkah lakuku. Huh… ini semua gara-gara keteledoranku, tapi gak apa-apa suatu hari nanti pasti aku dapat bertemu dengannya kembali karena aku yakin dia siswa di SMA ini. Aku dan Icha melanjutkan perjalanan kami ke kelas. Ospek pertama telah dimulai, ada beberapa kakak senior masuk ke kelas, tanpa ku sadari cowok yang ku lihat di kantin sekolah tadi pagi ada didepan mataku. Aku senang sekali karena aku kembali bertemu dengannya walau dia tak ku kenal sama sekali.
Aku mencari tau siapa sebenarnya cowok itu. Dari beberapa orang yang aku tanya mereka mengatakan dia adalah ketua osis, namanya Radit. Cuma itu informasi aku dapatkan tentang dia, tapi udah cukup kok.
Singkat cerita
Aku dan kak Radit menjadi tambah akrab namun hanya sebatas teman. Yang tak pernah aku duga ternyata kak Radit naksir sama Icha, aku sedih banget karena dia adalah cinta pertamaku, tapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya, Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku. Mungkin inilah nasibku, setelah kejadian itu persahabatan ku dan Icha menjadi renggang, aku jarang menyapanya dan sepertinya juga dia sekarang jarang ada waktu buat kita berdua sama-sama lagi seperti dulu. Lagi pula aku tidak sekelas dengannya.
Waktu terus berputar, tanpa terasa tahunpun berganti. Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung dan gak seperti biasanya yang sangat ceria. Walau aku belum bisa memaafkan Icha tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi. Setahu ku dari berita yang beredar kalau Icha mengidap penyakit tumor yang bersarang diperutnya sejak beberapa tahun ini. Semenjak dokter memfonis penyakit itu, Icha berubah menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Aku sangat merasakan perubahan itu, tapi setiap kali aku bertanya padanya, dia tak pernah mau cerita dan jujur padaku. Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi. Seiring berjalannya waktu perut Icha makin membesar, aku belum percaya dengan apa yang temen-temen bilang padaku. Aku mendesak Icha untuk menceritakan apa yang terjadi padanya, akhirnya Icha mau bercerita. Aku sempat terkejut mendengarnya sekaligus sedih bercampur dengan rasa kekecewaan, mengapa baru sekarang dia cerita semua itu padaku. Tapi mungkin karena aku tak sedekat dulu sama dia. Aku juga denger-denger dari yang lain Icha putus, Icha diputuskan kak Radit karena keadaan Icha dengan perut yang makin membesar. Aku sedih sekali, tapi dia pernah menghianati persahabatan yang telah lama kita bangun.



Icha masih tetap sekolah, tapi lama kelamaan dia merasa kecil hati dan malu. Dengan kondisi tubuh yang semakin menurun, sampai akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede. Aku dan teman-teman menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya agar Icha gak semakin drop dan putus asa. Hanya sampai disitu saja kabar yang aku dengar tentang Icha, disatu sisi aku masih kecewa padanya tapi disisi lain aku juga mempersiapkan UN.

****

            Pagi hari yang sangat gelap, karena hujan turun begitu derasnya, aku sedang duduk melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang.         Tiba-tiba aku dikejutkan dengan ringtone handphoneku yang berbunyi dan ku lihat dilayar hanphoneku ternyata mamanya Icha memanggil, fikirku tumben tapi ada apa ya, kok pagi-pagi gini tante telfon aku. “halo assalamu’alaikum, bisa bicara dengan Cika?”, nada suara mama Icha tampak berat, sepertinya dia sedang menangis. “ii…aaa tante, ada apa kok pagi-pagi begini telfon Cika? Trus bagaimana kabar Icha tante?” tanyaku agak ragu, “Icha telah berpulang Ka” belum sempat aku mengucapkan turut berduka cita pada tante, tut…tut…tut…tut telfon tiba-tiba terputus. Aku menangis dan menyesali dengan semua yang terjadi, dihatiku tersirat penyesalan yang amat mendalam, aku terlalu jahat dan egois pada Icha dan gak pernah meluangkan waktu untuk menjenguk sahabatku sendiri yang menjalani hari-hari akhirnya sendirian, tanpa aku. “Maafkan sahabatmu ini Ca......hik..hik..hik…!!!” tangisku.
            Aku datang ke rumah Icha untuk melihat dia yang terakhir kalinya dan mengucapkan bela sungkawa pada keluarga Icha. Setibaku disana aku melihat Icha terbaring kaku, dikelilingi orang-orang yang membaca yasin untuknya, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. “Icha......” panggilku, “sudahlah Ka, relakanlah kepergian Icha, agar dia tenang di Alam sana” mama Icha ada disampingku, dan memberikan selembar kertas padaku, “ini dari Icha buat kamu, dia menulis pada saat kamu jarang menemuinya, tante tinggal dulu kebawah”. “makasih tante dan Cika minta maaf kalo selama ini Cika gak pernah menjenguk dia, Cika lagi mempersiapkan untuk UN tante,” aku menangis. “gak apa-apa kok tante ngerti, kamu ada masalah ya sama Icha?” tanya mama Icha, “eng…enggak kok tante, kami berdua baik-baik saja.” ”ya udah jangan nangis lagi, tante ke bawah dulu ya” tante pun meninggalkanku sendiri di kamar Icha karena Perlahan-lahan tadi aku pingsan, aku melihat foto-foto yang ada dimeja samping tempat tidur, betapa lembutnya senyum Icha di foto itu. aku buka kertas itu perlahan-lahan, dan aku pun mulai membaca kata demi kata disurat itu.
Sebelumnya gue minta maaf atas kejadian kemarin”, bukan maksud gue untuk merebut kak Radit dari loe, tapi gue juga cinta dia dan gue juga udah putus ma dia, karena dia bukan laki-laki yang baik. O ya, loe tau kan kalo gue gak bisa buat puisi kayak loe, tapi puisi ini gue buat khusus untuk sahabat sejati gue, maaf ya kalo buatan gue gak sebagus puisi-puisi loe, hehehehe..........
Surat Terakhir

Butir-butiran air mata yang jatuh setetes demi setetes
Menemani dan menjadi saksi saat ku tulis suratku yang terakhir
Jika hanya derita yang harus aku terima
Jika hanya kematian yang harus ku alami
Aku bersedia menjalani tanpa kesedihan
Namun ketika kau berucap bahwa untukku
Sudah tak ada lagi maaf terasa lemah lunglai tubuh ini
Sahabat yang slalu mengisi hari-hariku
Seberapa besarpun salah yang ku pandang
Seberapa rendah budi yang ku jalani…maafkan aku
Derita karena bersalah berlarut-larut tanpa henti
Dan tampaknya Tuhan sudah berkenan menjemputku
Jangan menangis sahabat….walau tak terkatakan
Sungguh aku merasa kau telah memaafkanku
Slamat tinggal sahabat sejatiku
Ikhlaskanlah kepergiankui
Smoga sepeninggalku dari sisimu
Bahagian akan slalu menemanimu
Miss u sobat
ICHA
****

Keesokan harinya Aku baru sadar ternyata Icha hari ini berulang tahun yang ke-17, aku bermalam di rumah Icha, dan pagi-pagi aku segera kebawah dan akan mengikuti pemakaman Icha. Sebenarnya aku tak sanggup melihat makam itu, karena akan mengingatkanku akan kenangan-kenangan kami berdua dulu, tapi aku coba untuk tegar melangkahkan kaki menuju makamnya. Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku sendiri di makam itu, sepi. Aku menangis disamping nisan Icha, walau tersendat-sendat dan terbata karena saat aku menyanyikan lagu happy birthday buat Icha, dan memandangi nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang sunyi, aku masih menangis sendiri di makam itu, sebelum pulang aku meninggalkan secarik kertas balasan surat Icha, walau mungkin tak akan pernah dibaca olehnya, tapi itulah kenangan terakhirku buat Icha.
Kenangan indah tentang kita akan slalu ku ingat setiap detiknya
Jika ku tutup mataku, aku masih dapat melihatmu
Kau memperlihatkan senyum termanismu
Tapi itu hanya lamunan sesaatku
Kini kau telah jauh tinggalkanku
Aku belum sempat meminta maaf padamu dan menyayangimu
Dan tak ingin kau pergi jauh
Tinggalkan kenangan kita bersama
Tapi takdir berkata lain
Terlalu cepat Tuhan memanggilmu
Hanya sebuah puisi ini aku persembahkan untukmu
Kepergianmu, meninggalkan kisah yang sangat pahit bagiku
Aku akan selalu mengenangmu, sahabat terbaikku
Semoga kau tenang disana
Suatu saat kita pasti akan bertemu kembali


ANALISA CERPEN
“SAHABAT SEJATI”
KARYA : NANA TEDJA

1.  Sinopsis
Dulu, waktu usiaku beranjak 17 tahun, aku mempunyai beberapa sahabat salah satunya Icha. Aku bersahabat dengan Icha sudah cukup lama. Kami berkenalan sewaktu kami sam-sama mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta. Persahabatan kami berlanjut hingga kami menamatkan study kami di SMP. Setelah itu, aku dan Icha memutuskan untuk melanjutkan SMA di sekolah yang sama.
Pada hari pertama ospek, aku melihat seorang cowok yang sangat perfeck saat aku dan Icha sedang di kantin. Semenjak aku melihat cowok itu, rasanya aku mulai jatuh cinta. Aku mulai mencari tau siapa sebenarnya cowok itu. Dari beberapa orang yang aku tanya mengatakan bahwa dia adalah Radit, ketua osis di sini.
Seiring berjalannya waktu, aku dan kak Radit semakin akrab. Tak pernah ku duga bahwa kak Radit naksir dengan Icha. Dan yang lebih membuatku kecewa adalah Icha menerima kak Radit sebagai kekasihnya. Padahal dia tahu, kalau aku suka dengan kak Radit. Semenjak itu juga persahabatan ku dan Icha semakin renggang.
Tak terasa tahun pun berganti. Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung, tak seperti biasnya yang selalu nampak ceria. Dari berita yang beredar bahwa Icha mengidap penyakit tumor di perutnya. Sejak itu, Icha menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Aku mendengar berita bahwa Icha diputus oleh kak Radit karna perutnya semakin membesar. Aku sedih sekali, namun gimana lagi dia pernah menghianati persahabatan yang telah lama kita bangun.
Kondisi Icha semakin menurun, akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede. Aku dan teman-teman menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya. Hanya sampai disitu saja kabar yang aku dengar tentang Icha, karna aku juga harus mempersiapkan untuk Ujian Nasional.
Pada suatu pagi, aku sedang melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang. Tiba-tiba mama Icha menelfonku, memberitahukan bahwa Icha telah tiada. Aku menangis dan menyesal atas semua yang telah terjadi.
Aku segera datang ke rumah Icha untuk melihat dia yang terakhir kalinya dan mengucapkan bela sungkawa pada keluarga Icha. Setibanya di sana, mama Icha memberikanku sebuah surat yang dibuat Icha khusus untukku.
Keesokan harinya aku baru sadar bahwa Icha hari ini berulang tahun yang ke-17. Aku mengikuti pemakaman Icha. Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku sendiri di makam itu. Aku menangis disamping nisan Icha, walau tersendat-sendat dan terbata saat aku menyanyikan lagu happy birthday buat Icha, dan memandangi nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang sunyi, aku masih menangis sendiri di makam itu, sebelum pulang aku meninggalkan secarik kertas balasan surat Icha, walau mungkin tak akan pernah dibaca olehnya, tapi itulah kenanganterakhirku buat Icha









2.  Sekilas Tentang Penulis
            Nana Tedja lahir di Yogyakarta, 28 September 1971. Dia menulis sjak duduk di bangku SMP (1984) untuk majaah dinding sekolah. Dia serius menulis sejak tahun 2001, saat bekerja sebagai penulis skenario sinetron tetap di PT. TRIWARSANA Jakarta. Selain itu, ia sebagai penulis freelance di beberapa rumah produksi di Jakarta, antara lain yaitu Milenium Visitama, dengan kisah-kisah misteri (KISMIS) tayangan RCTI, dan Multivision Plus. Tahun 2003, ia memutuskan untuk kembali ke Jogja. Ia banyak menulis cerita pendek yang dimuat di harian lokal Kedaulatan Rakyat. Aktif menyutradai beberapa pentas monolog, membaca puisi, menulis novel, naskah teater, sajak atau puisi.
            Nana sempat mengenyam pendidikan politik di Filipina, berpendidikn Terakhir di Univertas Atma Jaya Yogyakarta. Kegiatannya yang lain adalah aktif melukis dan berpameran lukisan baik tunggal maupun bersama, di dalam maupun di luar negeri, sejak tahun 1996. Terhitung mulai tahun 2004, ia mengelola dan mendirikan galeri seni nirlaba yaitu “Galeri Biasa” di Yogyakarta.











3.  Unsur-unsur Intrinsik

a.    Tema
Tema adalah suatu poko persoalan yang menjadi dasar isi cerita.
Tema cerpen tersebut adalah cinta kasih dalam persahabatan.
Ditunjukkan pada kalimat :
Walau aku belum bisa memaafkan Icha tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi.”
“Aku menangis dan menyesali dengan semua yang terjadi, dihatiku tersirat penyesalan yang amat mendalam.”
b.    Plot atau Alur
Alur adalah rangkaian suatu cerita yang digunakan pengarang dalam rangka menghidupkan suatu cerita.
Alur dalam cerpen tersebut adalah alur maju atau progresif.
Ditunjukan pada jalannya cerita dari awal mulanya Cika bisa berkenalan dan bersabat dengan Icha. Sampai bagaimana persahabatan mereka renggang karna seorang cowok yang bernama Radit. Sampai akhirnya ajal yang memisahkan persahabatan mereka yang harus berakhir karna Icha telah tiada. Dan Cika pun merasa sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi.
c.    Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Penokohan adalah penyajian watak / karakter tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam cerita.
Tokoh dan penokohan dalam cerpen tersebut antara lain :
v  Cika
·         Sulit memaafkan kesalahan orang lain
Ditunjukkan pada kalimat “Walau aku belum bisa memaafkan Icha.”
·         Peduli terhadap sesama
Ditunjukkan pada kalimat “Walau aku belum bisa memaafkan Icha tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi.”

·         Sabar
Ditunjukkan pada kalimat “Mungkin inilah nasibku.”
·         Egois
Ditunjukkan pada kalimat “Aku terlalu jahat dan egois pada Icha dan gak pernah meluangkan waktu untuk menjenguk sahabatku sendiri yang menjalani hari-hari akhirnya sendirian, tanpa aku.”
·         Tegar
Ditunjukkan pada kalimat “Tapi aku coba untuk tegar melangkahkan kaki menuju makamnya.”
v  Icha
·         Periang / selalu nampak ceria
Ditunjukkan pada kalimat :
Dia adalah seorang remaja yang lugu dan sangat ceria.”
“Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung dan gak seperti biasanya yang sangat ceria.”
·         Tidak setia kawan
Ditunjukkan pada kalimat “Aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya, Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku.”
·         Tidak jujur
Ditunjukkan pada kalimat “Dia tak pernah mau cerita dan jujur padaku.”
·         Mudah putus asa
Ditunjukkan pada kalimat “Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi.”
·         Kecil hati
Ditunjukkan pada kalimat “Icha masih tetap sekolah, tapi lama kelamaan dia merasa kecil hati dan malu.”
v  Radit
·         Tidak baik
Ditunjukkan pada kalimat “Karena dia bukan laki-laki yang baik.”


v  Mama Icha
·         Tegar
Ditunjukkan pada kalimat “Sudahlah Ka, relakanlah kepergian Icha, agar dia tenang di Alam sana.”
·         Pengertian
Ditunjukkan pada kalimat “Gak apa-apa kok tante ngerti.”

Penokohan di bagi menjadi 3, yaitu :
Ø  Protagonis
Yaitu peran yang menjadi tokoh utama yang mempunyai karakter baik.
Dalam cerpen di atas yang mempunyai peran sebagai tokoh protagonis adalah Cika dan Icha.
Ø  Antagonis
Yaitu peran yang menantang tokoh utama yang mempunyai karakter jahat.
Dalam cerpen di atas yang mempunyai peran sebagai tokoh antagonis adalah Radit.
Ø  Tritagonis
Yaitu peran penengah dalam cerita atau peran pembantu.
Dalam cerpen di atas yang mempunyai peran sebagai tokoh tritagonis adalah mama Icha.
d.    Setting / Latar
Setting atau latar adalah unsur yang menunjukkan dimana, bagaimana, dan kapan peristiwa dalam cerita itu berlangsung.
«  Latar tempat
Yaitu tempat peristiwa dalam cerita itu terjadi.
Latar tempat dalam cerpen tersebut adalah :
·         Ciracas, JakartaTimur (rumah Icha)
Ditunjukkan pada kalimat “Icha tinggal di Ciracas, JakartaTimur.”
·         Salah satu SMP favorit di Jakarta
Ditunjukkan pada kalimat “Aku kenal Icha waktu kami sama-sama mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta.”


·         Kantin sekolah
Ditunjukkan pada kalimat “Aku melihat seorang cowok yang sangat perfeck di kantin sekolah.”
·         Ruang kelas
Ditunjukkan pada kalimat “Aku dan Icha melanjutkan perjalanan kami ke kelas.”
·         Rumah sakit Haji Pondok Gede
Ditunjukkan pada kalimat “Sampai akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede.”
·         Kamar Icha
Ditunjukkan pada kalimat “Tante pun meninggalkanku sendiri di kamar Icha karena Perlahan-lahan tadi aku pingsan.”
·         Makam 
Ditunjukkan pada kalimat “Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku sendiri di makam itu.”
«  Latar waktu
Yaitu kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi.
Latar waktu dalam cerpen tersebut adalah :
·         Pagi hari yang sangat gelap
Ditunjukkan pada kalimat “Pagi hari yang sangat gelap, karena hujan turun begitu derasnya, aku sedang duduk melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang.”
·         Keesokan hari
Ditunjukkan pada kalimat “Keesokan harinya Aku baru sadar ternyata Icha hari ini berulang tahun yang ke 17.”
·         Pagi-pagi
Ditunjukkan pada kalimat “Pagi-pagi aku segera kebawah dan akan mengikuti pemakaman Icha.”





«  Latar suasana
Yaitu suasana yang mendukung peristiwa dalam cerita itu terjadi.
Latar suasana dalam cerpen tersebut adalah :
·         Menegangkan
Ditunjukkan pada kalimat “Hari pertama aku dan Icha menjalani ospek, rasanya takut dan tegang banget.”
·         Kecewa
Ditunjukkan pada kalimat “Aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya.”
·         Cemas / khawatir
Ditunjukkan pada kalimat “Aku sedang duduk melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang.”
·         Kaget
Ditunjukkan pada kalimat “Tiba-tiba aku dikejutkan dengan ringtone handphoneku yang berbunyi.”
·         Ragu
Ditunjukkan pada kalimat “Trus bagaimana kabar Icha tante?” tanyaku agak ragu.”
·         Berduka
Ditunjukkan pada kalimat “Aku datang ke rumah Icha untuk melihat dia yang terakhir kalinya dan mengucapkan bela sungkawa pada keluarga Icha.”
·         Sunyi
Ditunjukkan pada kalimat “Memandangi nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang sunyi.”
e.    Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pandang pengarang dalam rangka menyusun suatu cerita yang menarik bagi pembaca.
Penulis dalam cerpen tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, karena menggunakan kata ganti “aku”.
Ditunjukkan pada kalimat “Dulu, waktu usiaku beranjak 17 tahun, aku mempunyai beberapa sahabat salah satunya Icha.”

f.     Gaya Bahasa
Yaitu cara pengarang dalam menyampaikan suatu cerita sehingga menarik bagi pembaca.
Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah :
·         Totem pro parte
Yaitu majas sinekdoke yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.
Ditunjukkan pada kalimat “Dia anak pertama dari 2 bersaudara.”
·         Asosiasi
Yaitu perbandingan dua hal yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap sama.
Ditunjukkan pada kalimat :
 “Kami selalu bersama-sama bagai amplop dan perangko yang tak dapat terpisahkan, itulah kami.”
“Sudah tak ada lagi maaf terasa lemah lunglai tubuh ini.”
·         Dipersonifikasi
Yaitu majas yang membandingkan benda hidup seperti benda mati.
Ditunjukkan pada kalimat “Dia sangat manis apalagi pada saat aku melihatnya sedang tersenyum pada beberapa orang yang menyapanya.”
·         Personifikasi
Yaitu majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai seperti manusia atau benda hidup.
Ditunjukkan pada kalimat :
 “Seiring berjalannya waktu perut Icha makin membesar.”
 “Kau memperlihatkan senyum termanismu.”
·         Majas alusio
Yaitu majas yang menggunakan peribahasa atau ungkapan yang terdapat pada kalimat.
Ditunjukkan pada kalimat “Icha masih tetap sekolah, tapi lama kelamaan dia merasa kecil hati dan malu.”

g.    Nilai kehidupan
Yaitu sesuatu hal yang diperoleh di dalam karya satra.
Nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah :
·         Nilai moral
Ditunjukkan pada kalimat :
|  “Tapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya, Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang berarti kita harus setia kawan.
|  “Aku belum bisa memaafkan Icha.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang berarti kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain.
|  Tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang berarti kita harus peduli dengan sesama.
|  “Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang berarti jangan mudah menyerah.
|  “Tapi aku coba untuk tegar melangkahkan kaki menuju makamnya.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai moral yang berati kita harus tegar dalam menghadapi setiap cobaan.
·         Nilai pendidikan
Ditunjukkan pada kalimat “Dia tak pernah mau cerita dan jujur padaku.”
Di dalam kalimat itu, mengandung nilai pendidikan yang berarti kita harus jujur.


h.    Amanat
Yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
Amanat yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah :
·         Kita harus setia kawan
Ditunjukkan pada kalimat “Tapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya, Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku.”
·         Kita harus memaafkan kesalahan orang lain
Ditunjukkan pada kalimat “Aku belum bisa memaafkan Icha.”
·         Kita harus peduli dengan sesama
Ditunjukkan pada kalimat Tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi.”
·         Jangan mudah menyerah
Ditunjukkan pada kalimat “Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi.”
·         Kita harus tegar dalam menghadapi setiap cobaan
Ditunjukkan pada kalimat  “Tapi aku coba untuk tegar melangkahkan kaki menuju makamnya.”
·         Kita harus jujur
Ditunjukkan pada kalimat  Dia tak pernah mau cerita dan jujur padaku.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar