Sabtu, 23 Mei 2015

KAMU

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 03:05 dini hari, aku masih belum bisa memejamkan mataku. Mungkin karna aku sudah terlalu sering begadang tiap hari, berjuang untuk menyelesaikan tugas-tugasku yang merupakan salah satu proses untuk dapat mendapat gelar S.T. Baru saja aku selesai menyelesaikan Ujian Akhir Semester ku. Dan rasanya baru saja kemarin kamu menghampiriku. Hai Tuan, kemana saja kamu? Aku menunggu kabarmu yang tak kunjung datang, yang mungkin saja tak akan pernah datang. Aku tau, aku hanya seorang secret admirer-mu, namun apa salahnya jika aku berharap lebih? Aku sudah bertahan menjadi secret admirer-mu hampir selama 1 tahun ini. Bukan waktu yang singkat bukan? Dan sampai sekarang kamu-pun juga tak menyadarinya. Apalah dayaku sebagai secret admirer-mu, yang hanya bisa diam-diam memandangimu dari kejauhan. Yang tiap kali berpura-pura tak melihatmu ketika kamu ada disampingku. Yang selalu salah tingkah ketika kamu tiba-tiba memanggilku. Yang selalu melakukan hal-hal bodoh ketika bersama dengan dirimu. Entah apa yang bisa membuatku bertahan selama ini dengan perlakuan acuh tak acuhmu itu.
Tuan, ku rasa dini hari ini aku kalah dalam pertempuran, iya pertempuran, pertempuran melawan rasa rinduku kepadamu. Setiap kali aku mencoba melawannya, semakin kuat rasa rindu itu. Tuan, apakah kamu juga mengalami hal yang sama seperti yang aku alami ini? Ku rasa tidak, kalaupun iya, aku yakin itu bukan kamu tujukan kepadaku, melainkan kepada seseorang di luar sana. Entah itu siapa, aku juga tidak yakin. Sudah hampir 1,5 tahun ini aku mencoba menyelami isi hatimu, namun tak kunjung ku temukan dasarnya. Kamu terlalu absurd untuk bisa aku sentuh. Sosokmu terlalu misterius untuk bisa ku terjemahkan. Mungkin aku perlu memakai decoder untuk membantuku menerjemahkan semua sikap dan tingkahmu itu. 
Tuan, aku berharap bisa melihatmu lagi sebelum libur semester dimulai. Ya setidaknya itu dapat mengobati sedikit rasa rinduku padamu. Yang berarti bahwa titik awal penyiksaanku baru akan dimulai, karna aku tak dapat melihat sosokmu selama tiga bulan kedepan. Ini masalahku, biarlah. Aku sendiri yang telah lancang memulai semua ini. Kamu hanya perlu menjalani hari-harimu seperti biasanya. Abaikan saja Noise seperti aku ini. Aku akan mengatasi semua ini dengan caraku sendiri tanpa harus melibatkan sosokmu.
Bandung, 23 Mei 2015