Rabu, 24 Agustus 2016

Laporan Praktikum Asam dan Basa

Asam dan Basa

I.     Pendahuluan

A.   Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, asin, dan manis pada makanan atau minuman yang kita cicipi, bukan? Pada dasarnya rasa makanan, minuman atau zat tertentu yang terasa asam, pahit, getir, asin dan manis disebabkan karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa, dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara bersama-sama. Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum zat-zat yang berasa masam mengandung asam, misalnya pada jeruk nipis, asam cuka, dan asam semut pada semut. Basa pada umummnya mempunyai sifat yang licin dan terasa pahit, misalnya sabun dan cairan pembersih(detergen).Di dalam laboratorium asam dan basa secara sederhana dapat dikenali dengan menggunakan kertas lakmus. Dalam kertas lakmus larutan asam merubah kertas lakmus menjadi merah. Sedangkan dalam basa kertas lakmus akan berubah menjadi biru. Larutan asam dan basa merupakan larutan elektrolit sehingga dalam air terurai menjadi ion-ion.

B.   Rumusan Masalah
Masalah yang akan disajikan dalam praktikum ini adalah:
a)   Bagaimana perubahan warna pada kertas lakmus terhadap indikator larutan?
b)   Larutan yang manakah yang termasuk larutan asam, larutan basa dan larutan yang sifatnya netral?

C.   Hipotesis
Apabila pH suatu larutan kurang dari 7 maka larutan tersebut bersifat asam. Apabila pH suatu larutan sama dengan 7 maka larutan tersebut bersifat netral. Apabila pH suatu larutan lebih dari 7 maka larutan tersebut bersifat basa.

D.   Metode Yang Digunakan Untuk Menguji Hipotesis

Kami menggunakan indikator universal dalam percobaan untuk menguji hipotesis. Dimana jika pH suatu larutan kurang dari 7 maka larutan tersebut bersifat asam. Jika pH suatu larutan sama dengan 7 maka larutan tersebut bersifat netral. Dan apabila pH suatu larutan lebih dari 7 maka larutan tersebut bersifat basa.


II.      Teori Percobaan

Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal zat yang kita golongkan sebagai asam, misalnya asam cuka, asam sitrun, asam jawa dan lain-lain. Kita juga mengenal berbagai zat yang bisa digolongkan sebagai basa misalnya kapur sirih, kaustik soda, air sabun, air abu dan lain-lain. 

Pengertian Asam dan Basa
A.   Menurut Arrhenius
            Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+. Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-. Contoh:
1)      HCl(aq)    →  H+(aq) + Cl-(aq)
2)      NaOH(aq) →  Na+(aq) + OH-(aq)

B.   Menurut Bronsted-Lowry
Asam ialah donor proton (H+), sedangkan basa adalah akseptor proton (H+).
Contoh:
1)   HAc(aq) + H2O(l)   ↔     H3O+(aq) + Ac-(aq)
HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konjugasi. H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
2)   H2O(l) + NH3(aq)   ↔    NH4+(aq) + OH-(aq)
H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konjugasi. NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
            Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter).

C.   Menurut Lewis
            Asam adalah penerima pasangan elektron dari basa, sedangkan basa adalah pemberi pasangan elektron kepada asam. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi  Lewis dapat  pula  dijelaskan  dengan  teori  orbital  molekul.  Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah dari orbital terisi yang tertinggi dari suatu basa. Jadi, pasangan elektron dari  basa  dan  pasangan  elektron  dari  asam  bergabung  membentuk  orbital  molekul ikatan.
     Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Bronsted- Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.
     Sifat asam atau basa suatu senyawa dapat diketahui dengan cara mencicipi. Namun, pengnenalan dengan cara ini beresiko tinggi karena ada senyawa kimia yang bersifat racun. Pengenalan senyawa atau basa dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus dan indikator asam–basa.

Indikator Asam dan Basa
Indikator asam dan basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut, indikator dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat asam atau basa.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengenal sifat asam atau basa suatu larutan serta menentukan harga pH dapat digunakan indikator universal. Indikator universal digunakan dengan cara mencelupkan indikator universal sampai batas warna ke dalam larutan yang akan ditentukan pH-nya, akan terlihat perubahan warna pada kertas indikator. Kemudian cocokkan perubahan warna dengan warna indikator pada kotak. Dan dapat ditentukan pH larutan. Apabila Larutan bersifat Asam pH-nya kurang dari 7, Larutan bersifat Basa pH-nya lebih dari 7 dan apabila Larutan bersifat netral pH-nya sama dengan 7.

Penggolongan Senyawa Asam dan Senyawa Basa
Senyawa asam dan senyawa basa dapat digolongkan menjadi asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah. Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion H ⁺, sedangkan kekuatan basa ditentukan oleh kemampuan menghasilkan OH ⁻. Banyaknya ion H ⁺ atau ion OH⁻yang dihasilkan, ditentukan oleh derajat ionisasi.

Derajat Keasaman (pH)
Keasaman suatu larutan disebabkan adanya ion H⁺. Konsentrasi ion hidronium [H⁺] dalam larutan encer umumnya sangat rendah, tetapi sangat menentukan sifat-sifat larutan, terutama larutan dalam air.
Menurut penelitian konsentrasi ion H⁺ harganya sangat kecil, sehingga untuk menghindari kesulitan dari penggunaan angka-angka yang terlalu kecil, maka pada tahun 1909 S.P.I. Sorensen mengusulkan konsep “pH” (pangkat ion hydrogen) untuk menyatakan skala konsentrasi ion [H⁺] suatu larutan.


III.    Tujuan Percobaan

Tujuan dalam percobaan ini yaitu:
1.    Membedakan larutan asam, basa, dan netral;
2.    Mengetahui pH larutan dengan cara mengamati semua perubahan pada saat dilakukan percobaan.


IV.      Eksperimen

Alat dan Bahan:
a.    Indikator universal
b.    Air liur
c.    Air deterjen
d.    Air bilasan cucian pertama
e.    Air bilasan cucian kedua
f.     Air bilasan cucian ketiga
g.    Air bekas cucian piring
h.    Air kelapa
i.      Air kolam ikan
j.      Shampoo
k.    Air tawar 1
l.      Air tawar 2
m. Air tawar 3
n.    Air tawar 4
o.   Obat cuci mulut
p.    Minyak goreng
q.    Teh tawar
r.     Teh manis
s.     Air putih rebus
t.     Keringat
u.    Belimbing
v.    Duku

Cara  kerja :

a)   Siapkan alat dan bahan;
b)   Potong indikator universal secukupnya;
c)    Masukkan potongan indikator universal ke masing-masing larutan satu per satu;
d)   Amati perubahan warna indikator universal yang terjadi;
e)   Cocokan warna indikator universal dengan tabel warna yang ada pada wadah indikator universal;
f)     Catat hasil percobaan lalu masukkan  data tersebut ke dalam tabel.

Data :

No
Larutan
pH
Sifat Larutan
1
Air liur
6
Asam
2
Air detergen
8
Basa
3
Air bilasan cucian 1
10
Basa
4
Air bilasan cucian 2
11
Basa
5
Air bilasan cucian 3
11
Basa
6
Air bekas cucian piring
9
Basa
7
Air kelapa
5
Asam
8
Air kolam ikan
8
Basa
9
Shampoo
6
Asam
10
Air tawar 1
10
Basa
11
Air tawar 2
8
Basa
12
Air tawar 3
10
Basa
13
Air tawar 4
8
Basa
14
Obat cuci mulut
6
Asam
15
Minyak goreng
5
Asam
16
Teh tawar
6
Asam
17
Teh manis
6
Asam
18
Air putih rebus
7
Netral
19
Keringat
6
Asam
20
Belimbing
2
Asam
21
Duku
5
Asam


V.      Pembahasan

Dalam pengukuran pH, kita dapat melakukan dengan berbagai cara salah satunya menggunakan indikator universal. Melalui indikator universal kita dapat melihat pH larutan dan sifat larutan melalui perubahan warna kertas.
Pada percobaan ini kami menggunakan beberapa larutan, yaitu air liur, air detergen, air bilasan cucian 1, air bilasan cucian 2, air bilasan cucian 3, air bekas cucian piring, air kelapa, air kolam ikan, shampoo, air tawar 1, air tawar 2, air tawar 3, air tawar 4, obat cuci mulut, minyak goreng, teh tawar, teh manis, air putih rebus, keringat, belimbing, dan duku. Dari larutan tersebut kami mengujinya menggunakan indikator universal. Pada saat pengujian dapat kita ketahui bahwa dari beberapa larutan tersebut menunjukkan perubahan warna yang berbeda-beda dan pH-nya pun juga berbeda-beda. Dan kita pun juga dapat mengetahui sifat larutan tersebut dari pH masing-masing larutan.


VI.     Kesimpulan

·      Untuk mengetahui sifat asam-basa suatu larutan kita dapat menggunakan indikator universal;
·      Biasanya, asam adalah senyawa yang meniliki ion H+, sedangkan basa memiliki ion OH- sesuai dengan teori Arrhenius dimana asam melepaskan ion H+ dan basa melepaskan ion OH- saat dilarutkan dengan air.
·      Suatu larutan bersifat asam apabila pH-nya kurang dari 7.
·      Suatu larutan bersifat netral apabila pH-nya sama dengan 7.
·      Suatu larutan bersifat basa apabila pH-nya lebih dari 7.
·      Semakin kecil pH suatu larutan, semakin asam larutan tersebut. Dan semakin besar pH suatu larutan, semakin basa larutan tersebut.


VII.    Daftar Pustaka

Bumchuy.blogspot.com
Sutresna, Nana, 2007. Cerdas Belajar KIMIA . Bandung : Grafindo
http://www. Ssciencecompany.com/