Disini penulis akan membuat suatu digital system project, yang diberi nama
Running LED. Running LED tersebut akan direpresentasikan oleh LED yang ada di
FPGA. Running LED akan menampilkan delapan LED yang dapat bergerak secara
bergantian. Jika diberi masukan ‘1’, maka LED akan bergerak dari kiri ke kanan.
Sedangkan jika diberi masukan ‘0’, maka LED akan bergerak dari kanan ke kiri.
Desain project akan penulis deskripsikan
di Very-high-speed-integrated-circuit Hardware Description Language (VHDL)
dengan menggunakan software Altera Quartus II. VHDL sendiri merupakan bahasa
pemrograman yang digunakan untuk merancang atau memodelkan rangkaian digital.
Berikut
kode Running LED di VHDL :
Library Declaration
Library
merupakan kumpulan dari kode yang umum digunakan. Kumpulan kode tersebut
ditempatkan seperti dalam perpustakaan dan memungkinkan untuk dipanggil dan
digunakan kembali. Dan kode untuk library declaration dari Running LED sebagai
berikut :
Entity Declaration
Entity
merupakan suatu susunan yang memuat atau mendefinisikan daftar semua input dan
output (port) dari rangkaian. And here is
the entity of Running LED :
Architecture
Declaration
Architecture merupakan deskripsi tentang bagaimana
program harus berjalan. Perlu di ingat bahwa sebuah entity dapat mempunyai
beberapa architecture, namun setidaknya harus mempunyai sebuah architecture.
Berikut kode untuk architecture declaration dari Running LED :
Clock
divider disini digunakan untuk memperlambat frekuensi clock, jadi kita dapat
melihat pergeseran LED pada FPGA.
DONE! Running LED dapat
dilihat pada FPGA. Selamat mencoba :)
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 03:05 dini hari, aku masih belum bisa memejamkan mataku. Mungkin karna aku sudah terlalu sering begadang tiap hari, berjuang untuk menyelesaikan tugas-tugasku yang merupakan salah satu proses untuk dapat mendapat gelar S.T. Baru saja aku selesai menyelesaikan Ujian Akhir Semester ku. Dan rasanya baru saja kemarin kamu menghampiriku. Hai Tuan, kemana saja kamu? Aku menunggu kabarmu yang tak kunjung datang, yang mungkin saja tak akan pernah datang. Aku tau, aku hanya seorang secret admirer-mu, namun apa salahnya jika aku berharap lebih? Aku sudah bertahan menjadi secret admirer-mu hampir selama 1 tahun ini. Bukan waktu yang singkat bukan? Dan sampai sekarang kamu-pun juga tak menyadarinya. Apalah dayaku sebagai secret admirer-mu, yang hanya bisa diam-diam memandangimu dari kejauhan. Yang tiap kali berpura-pura tak melihatmu ketika kamu ada disampingku. Yang selalu salah tingkah ketika kamu tiba-tiba memanggilku. Yang selalu melakukan hal-hal bodoh ketika bersama dengan dirimu. Entah apa yang bisa membuatku bertahan selama ini dengan perlakuan acuh tak acuhmu itu.
Tuan, ku rasa dini hari ini aku kalah dalam pertempuran, iya pertempuran, pertempuran melawan rasa rinduku kepadamu. Setiap kali aku mencoba melawannya, semakin kuat rasa rindu itu. Tuan, apakah kamu juga mengalami hal yang sama seperti yang aku alami ini? Ku rasa tidak, kalaupun iya, aku yakin itu bukan kamu tujukan kepadaku, melainkan kepada seseorang di luar sana. Entah itu siapa, aku juga tidak yakin. Sudah hampir 1,5 tahun ini aku mencoba menyelami isi hatimu, namun tak kunjung ku temukan dasarnya. Kamu terlalu absurd untuk bisa aku sentuh. Sosokmu terlalu misterius untuk bisa ku terjemahkan. Mungkin aku perlu memakai decoder untuk membantuku menerjemahkan semua sikap dan tingkahmu itu.
Tuan, aku berharap bisa melihatmu lagi sebelum libur semester dimulai. Ya setidaknya itu dapat mengobati sedikit rasa rinduku padamu. Yang berarti bahwa titik awal penyiksaanku baru akan dimulai, karna aku tak dapat melihat sosokmu selama tiga bulan kedepan. Ini masalahku, biarlah. Aku sendiri yang telah lancang memulai semua ini. Kamu hanya perlu menjalani hari-harimu seperti biasanya. Abaikan saja Noise seperti aku ini. Aku akan mengatasi semua ini dengan caraku sendiri tanpa harus melibatkan sosokmu.
Sangeh adalah sebuah tempat pariwisata di pulau Bali yang terletak di sebelah
utara Ubud, kabupatenGianyar. Sangeh terkenal karena
merupakan sebuah desa di mana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas tapi kadangpula ada monyet yang sangat jinak di
sebuah bukit bernama Bukit Sari. Di sana ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit
Sari. Monyet di sini berkuasa dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan.
Menurut legenda
setempat, Bukit Sari dan monyet ini berada di sana ketika Hanoman, sebuah tokoh
dalam cerita Ramayana, mengangkat gunung Mahameru. Beberapa bagian gunung ini
jatuh di sana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.
Taman
Wisata Alam Sangeh, mungkin memang belum banyak dikenal oleh masyarakat
Indonesia, padahal Sangeh terletak di sebuah pulau terkenal di Indonesia yaitu
Bali. Taman Wisata Alam Sangeh terletak di Desa Sangeh, Badung, Bali, sekitar
20 km dari Denpasar.
Taman
Wisata Alam Sangeh memiliki pesona wisata hutan yang banyak dihuni oleh ratusan
kera. Kera-kera Sangeh dahulu memang dikenal sangat liar dan seringkali
mengganggu para pengunjung. Kera Sangeh juga dikenal sangat jahil, karena
seringkali mengambil barang-barang pengunjung dan baru akan dikembalikan bila
kera-kera tersebut diberi sepotong makanan. Namun sekarang kera Sangeh tidak
lagi seliar dan sejahil dahulu, karena sekarang kera-kera tersebut telah diurus
dengan baik.
Kera
Sangeh juga memiliki beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki
satu pemimpin. Namun kelompok-kelompok tersebut memilki pimpinan teringgi atau
bisa dibilang raja dari seluruh raja kera yang ada di Sangeh. Pemimpin
tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di Sangeh. Raja kera ini tinggal
ditempat yang terdapat sebuah Pura yang sangat terkenal kesakralannya yaitu
Pura Bulit Sari.
Entah
bagaimana caranya, pemimpin kera dipilih karena memiliki kekuatan dan kharisma
yang sangat luar biasa. Bahkan mereka memiliki hak-hak yang lebih dibanding
kera lainnya, seperti saat mengawini kera betina atau saat mendapat jatah
makanan. Bisanya raja kera akan mendapat jatah pertama sampai ia puas, sebelum
memberikan jatah tersebut pada kera-kera lain.
Sebagian
besar kawasan hutan wisata ini, menjadi tempat bermukim kera, hanya sebagian
kecil saja yang dimanfaatkan para pengusaha untuk membuat beberapa kios tempat
menjual beraneka ragam cinderamata.
Hutan
wisata ini memang banyak ditumbuhi tanaman pala (dipterocarpustrinervis). Menurut informasi hutan pala ini telah
berumur ratusan tahun, bahkan diantara pohon pala tersebut konon ada yang telah
berumur lebih dari tiga ratus tahun.
Menurut
pengelola Taman Wisata ini, Hutan Wisata Sangeng dibuat sebagai taman dari
kerajaan Mengwi. Agar terlihat cantik taman ini ditanami pohon pala yang khusus
didatangkan dari Gunung Agung. Sebenarnya rencana pembuatan taman ini sangat
dirahasikan namun akhirnya pembuatan taman ini diketahui oleh beberapa orang,
akibatnya pembuatan taman itu dihentikan, hingga akhirnya kawasan itu diberi
nama Sangeh, yang artinya ada orang yang melihat.
Jika
kita sempat mengunjungi taman wisata ini, kita pasti akan tertarik dengan
keindahan pohon pala yang tumbuh dihutan ini, karena selain tumbuhnya lurus,
pohon pala juga memiliki kayu yang sangat bagus. Namun anehnya, menurut
beberapa sumber pohon pala Sangeh konon tidak bisa ditanam ditempat lain.
Hingga orang-orang yang ingin memiliki kayu pohon Pala tidak pernah kesampaian.
Ada
hal menarik yang diceritakan oleh para pengunjung dan pengelola Taman Wisata
Sangeh tentang sebuah pohon yang telah tua dan akan roboh. Dari perkiraan
banyak orang, pohon tersebut akan roboh kearah Pura Bukit Sari, namun
kenyataanya semua ternyata melenceng. Awalnya pohon tersebut akan ditebang
namun tidak ada yang berani karena takut mendapat kutukan.
“Sekitar
awal Januari, akhirnya pohon itu roboh sendiri, mengarah ke barat daya. Persis
antara bangunan Bale Kulkul dan Pewaregan, sehingga hanya sedikit sekali
menimbulkan kerusakan, hanya pada tembok luar Pewaregan saja. Ini mengherankan
karena seharusnya pohon itu tumbang persis di bangunan utama pura,” kata
Sumohon.
Selain
pohon pala, masih ada tanaman yang terkenal di hutan Sangeh. Masyarakat
setempat biasa menyebutnya Pohon Lanang Wadon, karena bagian bawah pohon itu berlubang
sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut
tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria.
Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya
merupakan pohon pule.
Di
Bali, pohon pule memiliki banyak keistimewaan karena kayunya sering digunakan untuk
keperluan khusus, misalnya untuk membuat topeng yang dipakai sebagai
sungsungan. Masyarakat kadang-kadang ada yang meminta kayu pule itu, kata
Subawa. Tetapi, tentu saja tidak boleh begitu saja orang mengambil kayu atau
dahannya karena harus disesuaikan dulu hari baiknya serta memberi persembahan
sebagai tanda minta ijin.
Pura Luhur
Uluwatu atau Pura
Uluwatu merupakan pura yang berada di wilayah Desa
Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung. Pura yang terletak di ujung barat daya
pulau Bali di atas anjungan batu karang
yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan
yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin. Pura ini pada mulanya digunakan
menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu
Kuturan. Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Pura ini juga
dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang
datang ke Bali di akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa
yang dinamakan Moksah atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi
asal nama Pura Luhur Uluwatu.
Pura Uluwatu
terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut. Di depan pura terdapat
hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian
pura. Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang erat
kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura
Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan.
Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada
hari-hari piodalan-nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan
dan Pura Kulat jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari.
Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.
Untuk bisa masuk kedalam pura ini pengunjung harus
mengenakan sarung dan selempang yang bisa disewa ditempat itu. Waktu terbaik
untuk mengunjungi pura Uluwatu adalah sore hari pada saat matahari terbenam
sehingga bisa menyaksikan pemandangan spektakulernya.
Disekitar komplek pura terdapat segerombolan monyet. Para
monyet ini biasanya suka usil dengan mengambil berbagai macam barang yang
dibawa pengunjung. Barang yang sering menjadi incaran mereka adalah kacamata,
tas, dompetatau apa saja yang gampang direbut. Jadi hati-hati dengan mereka
apabila sedang berkunjung di komplek pura Uluwatu Bali.
Pura Uluwatu juga
menjadi terkenal karena tepat di bawahnya adalah pantai Pecatu yang sering kali
digunakan sebagai tempat untuk olahraga selancar, bahkan even internasional seringkali
diadakan di sini. Ombak pantai ini terkenal amat cocok untuk dijadikan tempat
selancar selain keindahan alam Bali yang memang amat cantik.
Di Puja
Mandala terdapat lima tempat ibadah dari agama yang diakui di Indonesia, yaitu
agama Islam, Katholik, Budha, Protestan dan Hindu. Uniknya, bangunan tersebut
berdiri berdampingan. Bagi yang baru mengetahui memang terdengar asing akan tetapi
berbeda dengan penduduk Desa Bualu yang hampir setiap hari menyaksikan kegiatan
keagamaan dari masing-masing agama yang tentunya berbeda-beda. Bahkan,
kegiatan-kegiatan itu terjadi bersamaan. Namun, mereka berusaha bersikap saling
menghormati, agar kerukunan tetap terjaga. Biasanya, untuk acara-acara atau
kegiatan-kegiatan, mereka meminta izin terlebih dahulu pada pihak agama lain.
Berawal dari
keinginan umat Islam untuk mendirikan masjid di Nusa Dua. Namun, karena izin
sulit didapatkan dengan alasan tidak memenuhi syarat pendirian bangunan ibadah
yang harus mempunyai 500 KK pemeluk agama tempat ibadah yang hendak didirikan,
keinginan itu belum dapat dilaksanakan. Kemudian, pihak MUI bersama Yayasan
Ibnu Batutah datang ke Jakarta untuk meminta persetujuan. Akhirnya, ada
inisiatif dari Menteri Parpostel, yang saat itu dipegang oleh Joop Ave, untuk
membangun tempat ibadah kelima agama di satu komplek. Ide ini didapat atas
dasar keinginan presiden Soeharto yang menginginkan adanya tempat ibadah kelima
agama yang berdiri di satu tempat, sebagai miniatur kerukunan hidup beragama.
Puja Mandala
Nusa Dua mulai dibangun tahun 1994 atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism
Development Centre) yang memberikan bantuan tanah untuk membangun kelima tempat
ibadah tersebut. Tanah itu dibagi sama luas dan besarnya. Selanjutnya, Untuk
pendirian bangunan diserahkan sepenuhnya oleh umat masing-masing agama, dengan
aturan pendirian bangunan tersebut harus sama tingginya.
Tahun 1997,
Puja Mandala Nusa Dua secara resmi disahkan oleh Menteri Agama Bapak Tarmidzi
Taher. Saat itu hanya Gereja Bunda Maria Segala Bangsa (Katholik), Jemaat Bukit
Doa (Protestan) dan Masjid Ibnu Batutah yang sudah selesai pembangunannya.
Sedangkan, Wihara Budhina Guna (Budha) baru selesai pembangunannya pada tahun
2003.
Di sekitar
komplek banyak terdapat ruko, toko, dan warung-warung. Dalam jarak satu
kilometer dari komplek Puja Mandala, Nusa Dua, terdapat komplek perumahan. Satu
kilometer ke arah atas, terdapat perumahan Puri Campial, Pondok Campial, dan
Campial Indah, sedangkan satu kilometer ke bawah terdapat perumahan Bualu Indah
2. Dengan suasana perbukitan yang sejuk semakin menambah keindahan komplek
tersebut.
Tujuan dari
pendirian tempat ibadah ini merupakan percontohan miniatur kerukunan hidup
bersama. Keunikan yang baru satu-satunya di Indonesia ini merupakan kawasan
yang dianggap sebagai contoh kerukunan umat beragama di Indonesia dan menjadi
tempat wisata yang sangat diminati, baik oleh wisatawan asing ataupun domestik.