Jumat, 18 September 2015

Digital Circuit Project : “Running LED”



 Disini penulis akan membuat suatu digital system project, yang diberi nama Running LED. Running LED tersebut akan direpresentasikan oleh LED yang ada di FPGA. Running LED akan menampilkan delapan LED yang dapat bergerak secara bergantian. Jika diberi masukan ‘1’, maka LED akan bergerak dari kiri ke kanan. Sedangkan jika diberi masukan ‘0’, maka LED akan bergerak dari kanan ke kiri.
            Desain project akan penulis deskripsikan di Very-high-speed-integrated-circuit Hardware Description Language (VHDL) dengan menggunakan software Altera Quartus II. VHDL sendiri merupakan bahasa pemrograman yang digunakan untuk merancang atau memodelkan rangkaian digital.
Berikut kode Running LED di VHDL :
Library Declaration
Library merupakan kumpulan dari kode yang umum digunakan. Kumpulan kode tersebut ditempatkan seperti dalam perpustakaan dan memungkinkan untuk dipanggil dan digunakan kembali. Dan kode untuk library declaration dari Running LED sebagai berikut :

Entity Declaration
Entity merupakan suatu susunan yang memuat atau mendefinisikan daftar semua input dan output (port) dari rangkaian. And here is the entity of Running LED :

Architecture Declaration
            Architecture merupakan deskripsi tentang bagaimana program harus berjalan. Perlu di ingat bahwa sebuah entity dapat mempunyai beberapa architecture, namun setidaknya harus mempunyai sebuah architecture. Berikut kode untuk architecture declaration dari Running LED :

Clock divider disini digunakan untuk memperlambat frekuensi clock, jadi kita dapat melihat pergeseran LED pada FPGA.


DONE! Running LED dapat dilihat pada FPGA. Selamat mencoba :) 

Jangan Lupa Cantumkan Sumber ya Gaes. Nuhun :)

Sabtu, 23 Mei 2015

KAMU

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 03:05 dini hari, aku masih belum bisa memejamkan mataku. Mungkin karna aku sudah terlalu sering begadang tiap hari, berjuang untuk menyelesaikan tugas-tugasku yang merupakan salah satu proses untuk dapat mendapat gelar S.T. Baru saja aku selesai menyelesaikan Ujian Akhir Semester ku. Dan rasanya baru saja kemarin kamu menghampiriku. Hai Tuan, kemana saja kamu? Aku menunggu kabarmu yang tak kunjung datang, yang mungkin saja tak akan pernah datang. Aku tau, aku hanya seorang secret admirer-mu, namun apa salahnya jika aku berharap lebih? Aku sudah bertahan menjadi secret admirer-mu hampir selama 1 tahun ini. Bukan waktu yang singkat bukan? Dan sampai sekarang kamu-pun juga tak menyadarinya. Apalah dayaku sebagai secret admirer-mu, yang hanya bisa diam-diam memandangimu dari kejauhan. Yang tiap kali berpura-pura tak melihatmu ketika kamu ada disampingku. Yang selalu salah tingkah ketika kamu tiba-tiba memanggilku. Yang selalu melakukan hal-hal bodoh ketika bersama dengan dirimu. Entah apa yang bisa membuatku bertahan selama ini dengan perlakuan acuh tak acuhmu itu.
Tuan, ku rasa dini hari ini aku kalah dalam pertempuran, iya pertempuran, pertempuran melawan rasa rinduku kepadamu. Setiap kali aku mencoba melawannya, semakin kuat rasa rindu itu. Tuan, apakah kamu juga mengalami hal yang sama seperti yang aku alami ini? Ku rasa tidak, kalaupun iya, aku yakin itu bukan kamu tujukan kepadaku, melainkan kepada seseorang di luar sana. Entah itu siapa, aku juga tidak yakin. Sudah hampir 1,5 tahun ini aku mencoba menyelami isi hatimu, namun tak kunjung ku temukan dasarnya. Kamu terlalu absurd untuk bisa aku sentuh. Sosokmu terlalu misterius untuk bisa ku terjemahkan. Mungkin aku perlu memakai decoder untuk membantuku menerjemahkan semua sikap dan tingkahmu itu. 
Tuan, aku berharap bisa melihatmu lagi sebelum libur semester dimulai. Ya setidaknya itu dapat mengobati sedikit rasa rinduku padamu. Yang berarti bahwa titik awal penyiksaanku baru akan dimulai, karna aku tak dapat melihat sosokmu selama tiga bulan kedepan. Ini masalahku, biarlah. Aku sendiri yang telah lancang memulai semua ini. Kamu hanya perlu menjalani hari-harimu seperti biasanya. Abaikan saja Noise seperti aku ini. Aku akan mengatasi semua ini dengan caraku sendiri tanpa harus melibatkan sosokmu.
Bandung, 23 Mei 2015



Senin, 03 Februari 2014

Sangeh


SANGEH

Sangeh adalah sebuah tempat pariwisata di pulau Bali yang terletak di sebelah utara Ubudkabupaten Gianyar. Sangeh terkenal karena merupakan sebuah desa di mana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas tapi kadangpula ada monyet yang sangat jinak di sebuah bukit bernama Bukit Sari. Di sana ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit Sari. Monyet di sini berkuasa dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan.
Menurut legenda setempat, Bukit Sari dan monyet ini berada di sana ketika Hanoman, sebuah tokoh dalam cerita Ramayana, mengangkat gunung Mahameru. Beberapa bagian gunung ini jatuh di sana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.
Taman Wisata Alam Sangeh, mungkin memang belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, padahal Sangeh terletak di sebuah pulau terkenal di Indonesia yaitu Bali. Taman Wisata Alam Sangeh terletak di Desa Sangeh, Badung, Bali, sekitar 20 km dari Denpasar.
Taman Wisata Alam Sangeh memiliki pesona wisata hutan yang banyak dihuni oleh ratusan kera. Kera-kera Sangeh dahulu memang dikenal sangat liar dan seringkali mengganggu para pengunjung. Kera Sangeh juga dikenal sangat jahil, karena seringkali mengambil barang-barang pengunjung dan baru akan dikembalikan bila kera-kera tersebut diberi sepotong makanan. Namun sekarang kera Sangeh tidak lagi seliar dan sejahil dahulu, karena sekarang kera-kera tersebut telah diurus dengan baik.
Kera Sangeh juga memiliki beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki satu pemimpin. Namun kelompok-kelompok tersebut memilki pimpinan teringgi atau bisa dibilang raja dari seluruh raja kera yang ada di Sangeh. Pemimpin tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di Sangeh. Raja kera ini tinggal ditempat yang terdapat sebuah Pura yang sangat terkenal kesakralannya yaitu Pura Bulit Sari.
Entah bagaimana caranya, pemimpin kera dipilih karena memiliki kekuatan dan kharisma yang sangat luar biasa. Bahkan mereka memiliki hak-hak yang lebih dibanding kera lainnya, seperti saat mengawini kera betina atau saat mendapat jatah makanan. Bisanya raja kera akan mendapat jatah pertama sampai ia puas, sebelum memberikan jatah tersebut pada kera-kera lain.
Sebagian besar kawasan hutan wisata ini, menjadi tempat bermukim kera, hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan para pengusaha untuk membuat beberapa kios tempat menjual beraneka ragam cinderamata.
Hutan wisata ini memang banyak ditumbuhi tanaman pala (dipterocarpustrinervis). Menurut informasi hutan pala ini telah berumur ratusan tahun, bahkan diantara pohon pala tersebut konon ada yang telah berumur lebih dari tiga ratus tahun.
Menurut pengelola Taman Wisata ini, Hutan Wisata Sangeng dibuat sebagai taman dari kerajaan Mengwi. Agar terlihat cantik taman ini ditanami pohon pala yang khusus didatangkan dari Gunung Agung. Sebenarnya rencana pembuatan taman ini sangat dirahasikan namun akhirnya pembuatan taman ini diketahui oleh beberapa orang, akibatnya pembuatan taman itu dihentikan, hingga akhirnya kawasan itu diberi nama Sangeh, yang artinya ada orang yang melihat.
Jika kita sempat mengunjungi taman wisata ini, kita pasti akan tertarik dengan keindahan pohon pala yang tumbuh dihutan ini, karena selain tumbuhnya lurus, pohon pala juga memiliki kayu yang sangat bagus. Namun anehnya, menurut beberapa sumber pohon pala Sangeh konon tidak bisa ditanam ditempat lain. Hingga orang-orang yang ingin memiliki kayu pohon Pala tidak pernah kesampaian.
Ada hal menarik yang diceritakan oleh para pengunjung dan pengelola Taman Wisata Sangeh tentang sebuah pohon yang telah tua dan akan roboh. Dari perkiraan banyak orang, pohon tersebut akan roboh kearah Pura Bukit Sari, namun kenyataanya semua ternyata melenceng. Awalnya pohon tersebut akan ditebang namun tidak ada yang berani karena takut mendapat kutukan.
“Sekitar awal Januari, akhirnya pohon itu roboh sendiri, mengarah ke barat daya. Persis antara bangunan Bale Kulkul dan Pewaregan, sehingga hanya sedikit sekali menimbulkan kerusakan, hanya pada tembok luar Pewaregan saja. Ini mengherankan karena seharusnya pohon itu tumbang persis di bangunan utama pura,” kata Sumohon.
Selain pohon pala, masih ada tanaman yang terkenal di hutan Sangeh. Masyarakat setempat biasa menyebutnya Pohon Lanang Wadon, karena bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria. Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya merupakan pohon pule.
Di Bali, pohon pule memiliki banyak keistimewaan karena kayunya sering digunakan untuk keperluan khusus, misalnya untuk membuat topeng yang dipakai sebagai sungsungan. Masyarakat kadang-kadang ada yang meminta kayu pule itu, kata Subawa. Tetapi, tentu saja tidak boleh begitu saja orang mengambil kayu atau dahannya karena harus disesuaikan dulu hari baiknya serta memberi persembahan sebagai tanda minta ijin.

Pura Luhur Uluwatu


PURA LUHUR ULUWATU

Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan pura yang berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan KutaBadung. Pura yang terletak di ujung barat daya pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin. Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Pura ini juga dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali di akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan Moksah atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.
Pura Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura. Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang erat kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan. Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada hari-hari piodalan-nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura Kulat jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.
Untuk bisa masuk kedalam pura ini pengunjung harus mengenakan sarung dan selempang yang bisa disewa ditempat itu. Waktu terbaik untuk mengunjungi pura Uluwatu adalah sore hari pada saat matahari terbenam sehingga bisa menyaksikan pemandangan spektakulernya.
Disekitar komplek pura terdapat segerombolan monyet. Para monyet ini biasanya suka usil dengan mengambil berbagai macam barang yang dibawa pengunjung. Barang yang sering menjadi incaran mereka adalah kacamata, tas, dompetatau apa saja yang gampang direbut. Jadi hati-hati dengan mereka apabila sedang berkunjung di komplek pura Uluwatu Bali.
Pura Uluwatu juga menjadi terkenal karena tepat di bawahnya adalah pantai Pecatu yang sering kali digunakan sebagai tempat untuk olahraga selancar, bahkan even internasional seringkali diadakan di sini. Ombak pantai ini terkenal amat cocok untuk dijadikan tempat selancar selain keindahan alam Bali yang memang amat cantik.

Senin, 09 Desember 2013

Puja Mandala

PUJA MANDALA

Di Puja Mandala terdapat lima tempat ibadah dari agama yang diakui di Indonesia, yaitu agama Islam, Katholik, Budha, Protestan dan Hindu. Uniknya, bangunan tersebut berdiri berdampingan. Bagi yang baru mengetahui memang terdengar asing akan tetapi berbeda dengan penduduk Desa Bualu yang hampir setiap hari menyaksikan kegiatan keagamaan dari masing-masing agama yang tentunya berbeda-beda. Bahkan, kegiatan-kegiatan itu terjadi bersamaan. Namun, mereka berusaha bersikap saling menghormati, agar kerukunan tetap terjaga. Biasanya, untuk acara-acara atau kegiatan-kegiatan, mereka meminta izin terlebih dahulu pada pihak agama lain.
Berawal dari keinginan umat Islam untuk mendirikan masjid di Nusa Dua. Namun, karena izin sulit didapatkan dengan alasan tidak memenuhi syarat pendirian bangunan ibadah yang harus mempunyai 500 KK pemeluk agama tempat ibadah yang hendak didirikan, keinginan itu belum dapat dilaksanakan. Kemudian, pihak MUI bersama Yayasan Ibnu Batutah datang ke Jakarta untuk meminta persetujuan. Akhirnya, ada inisiatif dari Menteri Parpostel, yang saat itu dipegang oleh Joop Ave, untuk membangun tempat ibadah kelima agama di satu komplek. Ide ini didapat atas dasar keinginan presiden Soeharto yang menginginkan adanya tempat ibadah kelima agama yang berdiri di satu tempat, sebagai miniatur kerukunan hidup beragama.
Puja Mandala Nusa Dua mulai dibangun tahun 1994 atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism Development Centre) yang memberikan bantuan tanah untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut. Tanah itu dibagi sama luas dan besarnya. Selanjutnya, Untuk pendirian bangunan diserahkan sepenuhnya oleh umat masing-masing agama, dengan aturan pendirian bangunan tersebut harus sama tingginya.
Tahun 1997, Puja Mandala Nusa Dua secara resmi disahkan oleh Menteri Agama Bapak Tarmidzi Taher. Saat itu hanya Gereja Bunda Maria Segala Bangsa (Katholik), Jemaat Bukit Doa (Protestan) dan Masjid Ibnu Batutah yang sudah selesai pembangunannya. Sedangkan, Wihara Budhina Guna (Budha) baru selesai pembangunannya pada tahun 2003.
Di sekitar komplek banyak terdapat ruko, toko, dan warung-warung. Dalam jarak satu kilometer dari komplek Puja Mandala, Nusa Dua, terdapat komplek perumahan. Satu kilometer ke arah atas, terdapat perumahan Puri Campial, Pondok Campial, dan Campial Indah, sedangkan satu kilometer ke bawah terdapat perumahan Bualu Indah 2. Dengan suasana perbukitan yang sejuk semakin menambah keindahan komplek tersebut.
Tujuan dari pendirian tempat ibadah ini merupakan percontohan miniatur kerukunan hidup bersama. Keunikan yang baru satu-satunya di Indonesia ini merupakan kawasan yang dianggap sebagai contoh kerukunan umat beragama di Indonesia dan menjadi tempat wisata yang sangat diminati, baik oleh wisatawan asing ataupun domestik.