Asam dan Basa
I. Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, asin, dan
manis pada makanan atau minuman yang kita cicipi, bukan? Pada dasarnya rasa
makanan, minuman atau zat tertentu yang terasa asam, pahit, getir, asin dan
manis disebabkan karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan
asam, basa, dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia
digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang digolongkan
sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan basa.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa,
maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa
dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa
manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara bersama-sama. Asam
dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Secara umum zat-zat yang berasa masam mengandung asam, misalnya
pada jeruk nipis, asam cuka, dan asam semut pada semut. Basa pada umummnya
mempunyai sifat yang licin dan terasa pahit, misalnya sabun dan cairan
pembersih(detergen).Di dalam laboratorium asam dan basa secara sederhana dapat
dikenali dengan menggunakan kertas lakmus. Dalam kertas lakmus larutan asam
merubah kertas lakmus menjadi merah. Sedangkan dalam basa kertas lakmus akan
berubah menjadi biru. Larutan asam dan basa merupakan larutan elektrolit
sehingga dalam air terurai menjadi ion-ion.
B.
Rumusan Masalah
Masalah
yang akan disajikan dalam praktikum ini adalah:
a) Bagaimana perubahan warna pada kertas
lakmus terhadap indikator larutan?
b) Larutan yang manakah yang termasuk
larutan asam, larutan basa dan larutan yang sifatnya netral?
C.
Hipotesis
Apabila pH suatu larutan kurang dari 7 maka
larutan tersebut bersifat asam. Apabila
pH suatu larutan sama dengan 7 maka larutan tersebut bersifat netral. Apabila pH suatu larutan lebih dari 7
maka larutan tersebut bersifat basa.
D.
Metode Yang Digunakan Untuk Menguji
Hipotesis
Kami menggunakan indikator universal dalam
percobaan untuk menguji hipotesis. Dimana jika pH suatu larutan kurang dari 7
maka larutan tersebut bersifat asam. Jika pH suatu larutan sama dengan 7 maka
larutan tersebut bersifat netral. Dan
apabila pH suatu larutan lebih dari 7 maka larutan tersebut bersifat basa.
II.
Teori
Percobaan
Asam
dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita mengenal zat yang kita golongkan sebagai asam, misalnya asam
cuka, asam sitrun, asam jawa dan lain-lain. Kita juga mengenal berbagai zat
yang bisa digolongkan sebagai basa misalnya kapur sirih, kaustik soda, air
sabun, air abu dan lain-lain.
Pengertian Asam dan Basa
A. Menurut Arrhenius
A. Menurut Arrhenius
Asam ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion H+. Basa ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion OH-. Contoh:
1)
HCl(aq)
→ H+(aq) + Cl-(aq)
2)
NaOH(aq) →
Na+(aq) + OH-(aq)
B.
Menurut Bronsted-Lowry
Asam
ialah donor proton (H+), sedangkan basa adalah akseptor proton (H+).
Contoh:
1) HAc(aq) + H2O(l) ↔
H3O+(aq) + Ac-(aq)
HAc dengan Ac- merupakan pasangan
asam-basa konjugasi. H3O+ dengan H2O merupakan pasangan
asam-basa konjugasi.
2) H2O(l) + NH3(aq) ↔
NH4+(aq) + OH-(aq)
H2O dengan OH- merupakan
pasangan asam-basa konjugasi. NH4+ dengan NH3
merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
Pada
contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor)
dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini
bersifat ampiprotik (amfoter).
C.
Menurut Lewis
Asam
adalah penerima pasangan elektron dari basa, sedangkan basa adalah pemberi
pasangan elektron kepada asam. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis
ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat
dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat
pula dijelaskan dengan
teori orbital molekul.
Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital
kosongnya yang paling rendah dari orbital terisi yang tertinggi dari suatu
basa. Jadi, pasangan elektron dari
basa dan pasangan
elektron dari asam
bergabung membentuk orbital
molekul ikatan.
Walaupun
bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Bronsted- Lowry
merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman
suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat
terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan
tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan
keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.
Sifat
asam atau basa suatu senyawa dapat diketahui dengan cara mencicipi. Namun,
pengnenalan dengan cara ini beresiko tinggi karena ada senyawa kimia yang
bersifat racun. Pengenalan senyawa atau basa dapat dilakukan menggunakan kertas
lakmus dan indikator asam–basa.
Indikator Asam dan Basa
Indikator asam dan basa adalah
suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa.
Dengan adanya perbedaan warna tersebut, indikator dapat digunakan untuk
mengetahui apakah suatu zat bersifat asam atau basa.
Indikator yang dapat digunakan
untuk mengenal sifat asam atau basa suatu larutan serta menentukan harga pH
dapat digunakan indikator universal. Indikator universal digunakan dengan cara
mencelupkan indikator universal sampai batas warna ke dalam larutan yang akan
ditentukan pH-nya, akan terlihat perubahan warna pada kertas indikator. Kemudian
cocokkan perubahan warna dengan warna indikator pada kotak. Dan dapat
ditentukan pH larutan. Apabila
Larutan bersifat Asam pH-nya kurang dari 7, Larutan bersifat Basa pH-nya lebih
dari 7 dan apabila Larutan bersifat netral pH-nya sama dengan 7.
Penggolongan Senyawa
Asam dan Senyawa Basa
Senyawa asam dan senyawa
basa dapat digolongkan menjadi asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah.
Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion H ⁺, sedangkan
kekuatan basa ditentukan oleh kemampuan menghasilkan OH ⁻. Banyaknya ion
H ⁺ atau ion OH⁻yang dihasilkan, ditentukan oleh derajat ionisasi.
Derajat
Keasaman (pH)
Keasaman suatu larutan
disebabkan adanya ion H⁺. Konsentrasi ion hidronium [H⁺] dalam
larutan encer umumnya sangat rendah, tetapi sangat menentukan sifat-sifat
larutan, terutama larutan dalam air.
Menurut penelitian
konsentrasi ion H⁺ harganya sangat kecil, sehingga untuk menghindari
kesulitan dari penggunaan angka-angka yang terlalu kecil, maka pada tahun 1909
S.P.I. Sorensen mengusulkan konsep “pH” (pangkat ion hydrogen) untuk menyatakan
skala konsentrasi ion [H⁺] suatu larutan.
III.
Tujuan Percobaan
Tujuan dalam percobaan
ini yaitu:
1.
Membedakan larutan asam,
basa, dan netral;
2. Mengetahui
pH larutan dengan cara mengamati semua perubahan pada saat dilakukan percobaan.
IV. Eksperimen
Alat
dan Bahan:
a. Indikator universal
b. Air liur
c. Air deterjen
d. Air bilasan cucian pertama
e. Air bilasan cucian kedua
f. Air bilasan cucian ketiga
g. Air bekas cucian piring
h. Air kelapa
i. Air kolam ikan
j. Shampoo
k. Air tawar 1
l. Air tawar 2
m. Air tawar 3
n. Air tawar 4
o. Obat cuci mulut
p. Minyak goreng
q. Teh tawar
r. Teh manis
s. Air putih rebus
t. Keringat
u. Belimbing
v. Duku
Cara
kerja :
a)
Siapkan
alat dan bahan;
b)
Potong
indikator universal secukupnya;
c)
Masukkan
potongan indikator universal ke masing-masing larutan satu per satu;
d)
Amati
perubahan warna indikator universal yang terjadi;
e)
Cocokan
warna indikator universal dengan tabel warna yang ada pada wadah indikator
universal;
f) Catat hasil percobaan lalu masukkan data tersebut ke dalam tabel.
Data
:
No
|
Larutan
|
pH
|
Sifat Larutan
|
1
|
Air liur
|
6
|
Asam
|
2
|
Air
detergen
|
8
|
Basa
|
3
|
Air
bilasan cucian 1
|
10
|
Basa
|
4
|
Air
bilasan cucian 2
|
11
|
Basa
|
5
|
Air
bilasan cucian 3
|
11
|
Basa
|
6
|
Air bekas
cucian piring
|
9
|
Basa
|
7
|
Air
kelapa
|
5
|
Asam
|
8
|
Air
kolam ikan
|
8
|
Basa
|
9
|
Shampoo
|
6
|
Asam
|
10
|
Air
tawar 1
|
10
|
Basa
|
11
|
Air
tawar 2
|
8
|
Basa
|
12
|
Air
tawar 3
|
10
|
Basa
|
13
|
Air
tawar 4
|
8
|
Basa
|
14
|
Obat
cuci mulut
|
6
|
Asam
|
15
|
Minyak
goreng
|
5
|
Asam
|
16
|
Teh
tawar
|
6
|
Asam
|
17
|
Teh
manis
|
6
|
Asam
|
18
|
Air
putih rebus
|
7
|
Netral
|
19
|
Keringat
|
6
|
Asam
|
20
|
Belimbing
|
2
|
Asam
|
21
|
Duku
|
5
|
Asam
|
V.
Pembahasan
Dalam
pengukuran pH, kita dapat melakukan dengan berbagai cara salah satunya
menggunakan indikator universal. Melalui indikator universal kita dapat melihat
pH larutan dan sifat larutan melalui perubahan warna kertas.
Pada
percobaan ini kami menggunakan beberapa larutan, yaitu air liur, air detergen,
air bilasan cucian 1, air bilasan cucian 2, air bilasan cucian 3, air bekas
cucian piring, air kelapa, air kolam ikan, shampoo, air tawar 1, air tawar 2,
air tawar 3, air tawar 4, obat cuci mulut, minyak goreng, teh tawar, teh manis,
air putih rebus, keringat, belimbing, dan duku. Dari larutan tersebut kami
mengujinya menggunakan indikator universal. Pada saat pengujian dapat kita
ketahui bahwa dari beberapa larutan tersebut menunjukkan perubahan warna yang
berbeda-beda dan pH-nya pun juga berbeda-beda. Dan kita pun juga dapat
mengetahui sifat larutan tersebut dari pH masing-masing larutan.
VI.
Kesimpulan
·
Untuk mengetahui sifat asam-basa suatu larutan kita dapat
menggunakan indikator universal;
·
Biasanya, asam adalah senyawa yang meniliki ion H+,
sedangkan basa memiliki ion OH- sesuai dengan teori Arrhenius dimana
asam melepaskan ion H+ dan basa melepaskan ion OH- saat
dilarutkan dengan air.
·
Suatu larutan
bersifat asam apabila pH-nya kurang dari 7.
·
Suatu larutan
bersifat netral apabila pH-nya sama dengan 7.
·
Suatu larutan
bersifat basa apabila pH-nya lebih dari 7.
·
Semakin kecil pH
suatu larutan, semakin asam larutan tersebut. Dan semakin besar pH suatu
larutan, semakin basa larutan tersebut.
VII.
Daftar
Pustaka
Bumchuy.blogspot.com
Sutresna, Nana, 2007. Cerdas Belajar KIMIA .
Bandung : Grafindo
http://www.
Ssciencecompany.com/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/materi_fisika
1/kesetimbangan_asam_basa/indikator_asam_basa/