SANGEH
Sangeh adalah sebuah tempat pariwisata di pulau Bali yang terletak di sebelah
utara Ubud, kabupaten Gianyar. Sangeh terkenal karena
merupakan sebuah desa di mana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas tapi kadangpula ada monyet yang sangat jinak di
sebuah bukit bernama Bukit Sari. Di sana ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit
Sari. Monyet di sini berkuasa dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan.
Menurut legenda
setempat, Bukit Sari dan monyet ini berada di sana ketika Hanoman, sebuah tokoh
dalam cerita Ramayana, mengangkat gunung Mahameru. Beberapa bagian gunung ini
jatuh di sana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.
Taman
Wisata Alam Sangeh, mungkin memang belum banyak dikenal oleh masyarakat
Indonesia, padahal Sangeh terletak di sebuah pulau terkenal di Indonesia yaitu
Bali. Taman Wisata Alam Sangeh terletak di Desa Sangeh, Badung, Bali, sekitar
20 km dari Denpasar.
Taman
Wisata Alam Sangeh memiliki pesona wisata hutan yang banyak dihuni oleh ratusan
kera. Kera-kera Sangeh dahulu memang dikenal sangat liar dan seringkali
mengganggu para pengunjung. Kera Sangeh juga dikenal sangat jahil, karena
seringkali mengambil barang-barang pengunjung dan baru akan dikembalikan bila
kera-kera tersebut diberi sepotong makanan. Namun sekarang kera Sangeh tidak
lagi seliar dan sejahil dahulu, karena sekarang kera-kera tersebut telah diurus
dengan baik.
Kera
Sangeh juga memiliki beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki
satu pemimpin. Namun kelompok-kelompok tersebut memilki pimpinan teringgi atau
bisa dibilang raja dari seluruh raja kera yang ada di Sangeh. Pemimpin
tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di Sangeh. Raja kera ini tinggal
ditempat yang terdapat sebuah Pura yang sangat terkenal kesakralannya yaitu
Pura Bulit Sari.
Entah
bagaimana caranya, pemimpin kera dipilih karena memiliki kekuatan dan kharisma
yang sangat luar biasa. Bahkan mereka memiliki hak-hak yang lebih dibanding
kera lainnya, seperti saat mengawini kera betina atau saat mendapat jatah
makanan. Bisanya raja kera akan mendapat jatah pertama sampai ia puas, sebelum
memberikan jatah tersebut pada kera-kera lain.
Sebagian
besar kawasan hutan wisata ini, menjadi tempat bermukim kera, hanya sebagian
kecil saja yang dimanfaatkan para pengusaha untuk membuat beberapa kios tempat
menjual beraneka ragam cinderamata.
Hutan
wisata ini memang banyak ditumbuhi tanaman pala (dipterocarpustrinervis). Menurut informasi hutan pala ini telah
berumur ratusan tahun, bahkan diantara pohon pala tersebut konon ada yang telah
berumur lebih dari tiga ratus tahun.
Menurut
pengelola Taman Wisata ini, Hutan Wisata Sangeng dibuat sebagai taman dari
kerajaan Mengwi. Agar terlihat cantik taman ini ditanami pohon pala yang khusus
didatangkan dari Gunung Agung. Sebenarnya rencana pembuatan taman ini sangat
dirahasikan namun akhirnya pembuatan taman ini diketahui oleh beberapa orang,
akibatnya pembuatan taman itu dihentikan, hingga akhirnya kawasan itu diberi
nama Sangeh, yang artinya ada orang yang melihat.
Jika
kita sempat mengunjungi taman wisata ini, kita pasti akan tertarik dengan
keindahan pohon pala yang tumbuh dihutan ini, karena selain tumbuhnya lurus,
pohon pala juga memiliki kayu yang sangat bagus. Namun anehnya, menurut
beberapa sumber pohon pala Sangeh konon tidak bisa ditanam ditempat lain.
Hingga orang-orang yang ingin memiliki kayu pohon Pala tidak pernah kesampaian.
Ada
hal menarik yang diceritakan oleh para pengunjung dan pengelola Taman Wisata
Sangeh tentang sebuah pohon yang telah tua dan akan roboh. Dari perkiraan
banyak orang, pohon tersebut akan roboh kearah Pura Bukit Sari, namun
kenyataanya semua ternyata melenceng. Awalnya pohon tersebut akan ditebang
namun tidak ada yang berani karena takut mendapat kutukan.
“Sekitar
awal Januari, akhirnya pohon itu roboh sendiri, mengarah ke barat daya. Persis
antara bangunan Bale Kulkul dan Pewaregan, sehingga hanya sedikit sekali
menimbulkan kerusakan, hanya pada tembok luar Pewaregan saja. Ini mengherankan
karena seharusnya pohon itu tumbang persis di bangunan utama pura,” kata
Sumohon.
Selain
pohon pala, masih ada tanaman yang terkenal di hutan Sangeh. Masyarakat
setempat biasa menyebutnya Pohon Lanang Wadon, karena bagian bawah pohon itu berlubang
sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut
tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria.
Pohon itu tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya
merupakan pohon pule.
Di
Bali, pohon pule memiliki banyak keistimewaan karena kayunya sering digunakan untuk
keperluan khusus, misalnya untuk membuat topeng yang dipakai sebagai
sungsungan. Masyarakat kadang-kadang ada yang meminta kayu pule itu, kata
Subawa. Tetapi, tentu saja tidak boleh begitu saja orang mengambil kayu atau
dahannya karena harus disesuaikan dulu hari baiknya serta memberi persembahan
sebagai tanda minta ijin.